REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staff Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Ade Supandi mengakui adanya potensi kerawanan di perairan Indonesia, termasuk potensi penyelundupan imigran gelap. Untuk itu, TNI AL akan selalu siap jika diperintahkan untuk melakukan operasi patroli.
Ade menyebut, potensi kerawanan itu ada di perairan Indonesia yang meliputi perairan di sekitar Ambalat dan Natuna. Termasuk perairan perbatasan di Kupang Timur, selatan Jawa. Patroli perairan pun selalu siap dilakukan terkait kebutuhan kerawanan itu.
"Itu sudah ada dalam konsep operasi Mabes TNI. Itu kan perairan-perairan yang memiliki kerawanan tinggi di mana Angkatan Laut hadir," ujar Ade usai saat membuka Initial Planning Conference (IPC) Multilateral Naval Exercise Komodo 2016 yang dihadiri Angkatan Laut dari 25 Negara di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (15/6).
Langkah patroli itu juga dapat diambil guna menyikapi sikap Australia yang melakukan penyuapan sebesar 5 ribu dolar AS terhadap nahkoda kapal dan ABK asal Indonesia untuk membawa kembali imigran-imigran gelap ke Indonesia. Namun, Ade enggan menyikapi lebih lanjut soal hal itu.
"Itu ranah politik saya belum terlibat," kata Ade.
Selain itu, Ade bakal menyerahkan sepenuhnya keputusan untuk melakukan patroli perbatasan kepada Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko. Menurutnya, pihaknya hanya akan memberi masukan jika ada peristiwa atau kejadian yang patut ditindaklanjuti. Namun, keputusan gerak sepenuhnya berada di tangan Panglima TNI.
"Saya sebagai pelaksana operasi, menyiapkan kapalnya untuk digunakan oleh Panglima TNI. Sehingga hasil assesment nanti, Panglima TNI yang beri keputusan," ujar mantan Kasum TNI itu.
Jika nantinya, Panglima TNI menginstruksikan adanya operasi patroli, maka Ade akan mengerahkan kapal yang berada di Komando Armada Kawasan Timur RI (Koarmartim). Namun, dalam mengatasi masalah penyelundupan dan perdagangan imigran gelap, Ade mengakui, perlu ada penambahan kapal untuk bisa melakukan pemagaran di seluruh wilayah pulau terluar Indonesia.
"Deteksi kapal kan 20 mil dari radar. Kalau kami patroli, misalnya dua kapal di perbatasa, itu kan luas dan butuh penambahan kapal," ujarnya.