Ahad 14 Jun 2015 16:30 WIB

Ini Rute Pembangunan LRT di Jabodetabek

Rep: C84/ Red: Erik Purnama Putra
Jalur LRT di luar negeri.
Foto: Setkab
Jalur LRT di luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna mempercepat penyediaan infrastruktur transportasi publik  di Jabodetabek, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) merealisasikan ide transportasi publik berbasis rel, berupa LRT dengan konsep TOD (Transit Oriented Development).

Hal itu merupakan penyediaan transportasi LRT dengan pengembangan wilayah urban berupa property development sekaligus sebagai pemecahan masalah kemacetan lalu lintas ibu kota. Pemerintah sendiri telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2015 tentang Penambahan PMN ke dalam Modal PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI).

Di dalam PP tersebut Pemerintah akan menambahkan penyertaan sebesar Rp 1,4 triliun ke dalam saham ADHI. Hal itu merupakan kelanjutan dari proses persetujuan DPR atas rencana Pemerintah untuk menambah penyertaannya pada beberapa BUMN.

Disamping penambahan modal dari pemerintah tersebut, ADHI juga akan mendapatkan penambahan modal dari publik sebesar Rp 1,345 triliun sehingga Perseroan akan mendapatkan tambahan modal seluruhnya sebesar kurang lebih Rp 2,745 triliun.

Corporate Secretary ADHI Ki Syahgolang Permata mengatakan penambahan modal tersebut akan dilakukan melalui rights issue. Dana tambahan tersebut sesuai rencananya akan digunakan untuk mendukung program Pemerintah dalam mengatasi kemacetan lalu lintas khususnya di DKI Jakarta dan daerah-daerah penyangganya.

Untuk kondisi tersebut, ADHI akan mendapatkan penugasan dari Pemerintah melalui penerbitan Peraturan Presiden yang saat ini sudah tahap akhir penyelesaian dan akan segera diterbitkan. "ADHI ditunjuk Pemerintah untuk membangun infrastruktur transportasi publik berbasis rel berupa LRT dengan konsep TOD guna mengurai masalah kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta dan daerah penyangga," ungkapnya, Ahad (14/6).

Syahgolang menambahkan, jalur dan stasiun LRT nantinya akan menggunakan jalur tepi jalan tol, sedangkan elevated (melayang) dengan ketinggian antara sembilan hingga 12 meter di atas permukaan tanah akan menggunakan system konstruksi precast. Ia melanjutkan, depo LRT nantinya akan berada di Bekasi Timur di tanah milik ADHI.

Penugasan yang diberikan kepada ADHI, kata Shagolang meliputi pembangunan transportasi massal dengan menggunakan moda Light Rail Transit (LRT) dengan trase Cawang-Cibubur, Cawang-Kuningan - Dukuh Atas, Cawang-Bekasi Timur, Dukuh Atas-Palmerah Senayan, Cibubur-Bogor, dan Palmerah-Grogol.

Dia menambahkan, trase tersebut di atas sudah tercantum di dalam Rencana Umum Jaringan Jalur Kereta Api pada kawasan Jabodetabek  2014 hingga 2030 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 54 tahun 2013. Dana dari penambahan modal di atas akan, lanjutnya akan dipergunakan untuk pembangunan LRT Tahap I, dengan jalur Bekasi Timur-Cawang-Kuningan-Dukuh Atas dan Cibubur-Cawang.

Syahgolang melanjutkan, jalur dan stasiun LRT akan menggunakan jalur tepi jalan tol yang telah mendapatkan ijin prinsip dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor TN.13.03 - Mn/408 tanggal 19 Mei 2015.

"Moda ini dibangun elevated dengan menggunakan system konstruksi precast yang akan diproduksi oleh Anak Perusahaan PT Adhi Persada Beton (APB). Elevated System tersebut tidak mengganggu ketentuan ruang terbuka hijau, dengan tetap berfungsi sebagai ruang hijau (bertanaman)," lanjutnya.

Sedangkan untuk tahap II jalur Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, dan tahap III jalur Palmerah-Grogol, Syahgolang mengatakan track yang digunakan narrow gauge 1067 mm sebagaimana track yang ada di Indonesia. Rolling stock menggunakan power 750 V DC seperti yang digunakan commuter line KAI.

"Kapasitas angkut 400 orang per train set (3 car/gerbong) sehingga kapasitas angkut 816 ribu orang per hari dengan headway minimal 2 menit pada saat peak hour," tambah Syahgolang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement