Ahad 07 Jun 2015 13:40 WIB

Sejarawan: Tak Ada Pengaburan Tempat Kelahiran Sukarno

Rep: C36/ Red: Erik Purnama Putra
Proklamator Sukarno berkuda sembari menginspeksi pasukan TKR.
Foto: ANRI
Proklamator Sukarno berkuda sembari menginspeksi pasukan TKR.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Aminuddin Kasdi mengatakan, tidak ada pengaburan sejarah terkait fakta kelahiran Proklamator Sukarno. Perbedaan pendapat wajar terjadi dalam penulisan sejarah.

"Jika ada perbedaan pendapat tentang tempat kelahiran Bung Karno, itu bukan pengaburan fakta sejarah. Tak ada pengaburan sejarah terkait data kelahiran beliau oleh Orde Baru atau lainnya," ujar Aminuddin saat dihubungi ROL, Ahad (7/6)

Menurut dia, perbedaan pendapat berasal dari proses penulisan sejarah itu sendiri. Dalam ilmu sejarah, dikenal sumber lisan dan dokumen. Kedua sumber, lanjutnya, bisa digunakaan saat merekonstruksi sejarah untuk keperluan pencatatan sejarah itu sendiri.

Aminuddin memaparkan, dalam konteks kelahiran Bung Karno, pendapat yang menyatakan beliau lahir di Surabaya berasal dari dokumen-dokumen yang berisi fakta tersebut.  

"Pendapat yang menyebutkan beliau lahir di Blitar, mungkin bersumber dari pernyataan lisan beberapa sumber. Jadi bukan pengaburan sejarah. Jika ingin meluruskan, harus ditelusuri kembali asal-muasal kedua sumber hingga mendapat fakta yang akurat," imbuhnya.

Sebelumnya, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto menyatakan mereka memiliki program pelurusan sejarah. "Kan ada upaya-upaya yang dulu dibuat kabur dari seluruh kajian yang ada Sukarno lahir di Surabaya sendiri, bahkan kita pernah menegok bangunan itu sendiri," kata Hasto.

Hal tersebut dikatakan Hasto ketika mengomentari pidato dari Presiden Joko Widodo, saat menyambut hari kelahiran Pancasila. Saat itu Presiden Jokowi menyebutkan kota kelahiran sang proklamator tersebut adalah di Blitar, sehingga menjadi perbincangan publik, terutama di media sosial.

"Ya itu tidak perlu dibesar-besarkan, justru itu mengingatkan bahwa begitu banyak pembelokan sejarah di Indonesia. Ini proyek desoekarnoisasi yang berlangsung lebih dari 30 tahun di situ, sehingga menciptakan kekaburan terhadap sejarah bung karno itu sendiri," ucapnya.

Seperti diketahui, simpang-siur akurasi tempat kelahiran Bung Karno terjadi setelah Presiden Joko Widodo dianggap salah sebut saat membacakan pidato di Blitar pada 1 Juni lalu. Dalam pidato, disebutkan Sukarno lahir di Blitar.

Sementara pada Sabtu (6/6), putri Bung Karno, Sukmawati Soekarnoputri memberikan komfirmasi jika ayahnya lahir di Surabaya. Sementara Guruh Soekarnoputra menegaskan jika ayahnya lahir pada 1901.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement