REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPD Irman Gusman menilai penyebutan Blitar sebagai kota kelahiran Bung Karno oleh Presiden Jokowi tidak bisa sepenuhnya dikatakan sebagai kekeliruan. Menurut Irman, selama ini, memang ada dua versi sejarah terkait hal tersebut.
"Itu bukan salah sebut, memang ada dua versi mengenai kelahiran Bung Karno. Memang tertulis ada yang bilang di Surabaya, ada yang di Blitar," kata Irman saat dihubungi, Ahad (7/6).
Meski begitu, ia mengatakan, kekeliruan tersebut bukanlah merupakan sebuah kesalahan sejarah. Namun, menurut Irman, ada baiknya, polemik yang terjadi saat ini menjadi bahan evaluasi untuk meluruskan sejarah di Indonesia, termasuk asal usul para tokoh bangsa.
"Saya kira kita hanya perlu meluruskan sejarah. Masih banyak pemahaman sejarah kita tentang Bung Karno simpang siur, di museum Kebangkitan Nasional saja disebutkan di Blitar (tempat kelahiran Bung Karno)," ujarnya.
Ia pun meminta pemerintah untuk segera melakukan introspeksi agar kebingungan sejarah seperti ini tidak kembali terulang.
"Polemik ini harus jadi momentum perbaikan sejarah, bukan hanya sejarah itu, sejarah yang lain juga penting. Itu bisa membentuk kearifan, untuk mengenang masa lalu, untuk kita nggak berbuat salah dan lebih maju ke depan," kata senator asal Sumatera Barat itu.
Sebelumnya, akurasi tempat kelahiran Bung Karno menjadi perdebatan usai kesalahan penyebutan oleh Presiden Jokowi, Senin (1/6) lalu. Dalam pidatonya, Jokowi menyebut Bung Karno lahir di Blitar.