Jumat 05 Jun 2015 14:26 WIB

Bencana Ganggu Pencapaian Kesejahteraan Hingga Memiskinkan Keluarga

Prof Euis Sunarti.
Foto: dok IPB
Prof Euis Sunarti.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Indonesia memiliki sejumlah titik bencana yang cukup banyak. Menurut Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (Fema IPB) Prof Dr Euis Sunarti, keluarga miskin dan tidak sejahtera menanggung nilai kerusakan dengan persentase yang lebih besar dan dengan kemampuan pemulihan yang rendah dan lama.

Bencana, katanya, selain mengganggu pencapaian kesejahteraan (bahkan berpotensi memiskinkan) juga mengganggu fungsi ekspresif keluarga. “Fakta menunjukkan sangat terbatasnya coping strategi dan kemampuan pemulihan keluarga korban bencana, sementara dukungan sosial dari keluarga besar maupun dari tetangga sama-sama terbatas karena pada umumnya berada pada status sosial ekonomi yang sama," ujar Euis dalam siaran persnya yang diterima Republika Online, Jumat (5/6).  

"Bencana sangat mengganggu pencapaian kesejahteraan, bahkan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga yaitu ketahanan pangan di tingkat keluarga,” tambah Euis.

Resiliensi yang diharapkan dimiliki keluarga dalam menghadapi bencana, ternyata bukan kemampuan yang bisa didapat secara instant melainkan hasil akumulasi investasi jangka panjang yang built-in dalam kehidupan sehari hari. Komponen kelentingan keluarga tersebut adalah belief system (terutama berkaitan dengan nilai/pemaknaan terhadap bencana/musibah), kualitas komunikasi, dan pola organisasi dalam keluarga. 

Saat ini, katanya, kesadaran masyarakat dan badan penanggulangan bencana di daerah akan bencana lebih baik. Peningkatan kapasitas ada, tapi apakah sudah ready dan itu nampaknya belum. Kalau mau menilai BNPB daerah belum ada yang secara mandiri bisa melakukan. Walaupun begitu kemajuannya bukan berarti tidak ada sama sekali, meski masih jauh dari yang diharapkan. Selain itu perlu ketangguhan membangun safety culture dan pemahaman tentang risiko bencana.

"Efektivitas penanganan tanggap darurat dan pasca bencana berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencana. Oleh karenanya sangat mendesak dilakukannya pengintegrasian atau koherensi pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan untuk mencapai SDGs,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement