REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dalam sepekan belakangan, netizen ramai membicarakan ornamen yang terdapat di Masjid Raya Sumatra Barat (Sumbar). Pasalnya, salah satu ornamen Masjid Raya Sumbar, dianggap mempunyai kemiripan dengan simbol Zionis.
Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar Sayuti menjelaskan, setiap ukiran yang berada di Masjid Raya Sumbar mempuyai makna. Sebelum adanya pembangunan Masjid Raya Sumbar, ukiran dan hal-hal lainnya telah dibahas oleh para buya bersama konsultan.
Dia menyatakan, pada dinding masjid, memang terdapat ornamen segi tiga yang di dalamnya, terdapat enam sudut. Dia menjelaskan, ornamen tersebut mempunyai makna, tiga tungku sajarangan tiga tali sapilin. Yang berarti, harus memegang teguh rukun iman. "Itu simbol agar masyarakat harus memegang teguh rukun iman," kata Sayuti di Padang, Ahad (31/5).
Selain itu, ia juga menjelaskan, pada bagian dinding, tempat meletakkan Alquran, terdapat bentuk ukiran dengan empat sudut. Ornamen tersebut, diartikan, dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek, yaitu Alquran, Injil, Taurad dan Zabur. Selain itu, tersirat pula makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat, dan adat istiadat.
Kemudian, Sayuti menjelaskan pada bagian atap masjid, menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad. Yaitu, kisah ketika empat kabilah suku Quraisy di Makkah berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula setelah renovasi Kabah.
Saat itu, Nabi Muhammad SAW memutuskan meletakkan batu Hajar Aswad di atas selembar kain. Sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain. Kemudian, Sayuti mengatakan, bentuk sudut lancip sekaligus mewakili atap bergonjong yang biasa ditemukan pada rumah adat Minangkabau, yaitu Rumah Gadang.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Sumbar, Syamsul Bahri Kahtib menuturkan, simbol Zionis yang ramai diperbincangkan adalah hakikat tiga tungku sajarangan tiga tali sapilin. Yang bermakna, rukun iman sebagai pengikat seluruh elemen yang ada ditengah-tengah masyarakat. "Tanpa pengamalan rukun iman, akan terjadi goncangan bagi semua umat," jelas Syamsul.