REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim petembak TNI AD, yang terdiri dari 14 pajurit petembak, mampu meraih gelar juara umum di kejuaraan menembak antar militer tingkat internasional, Australia Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015. Atas prestasi ini, Kepala Staff Angkatam Darat (KSAD), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menjanjikan akan memberikan beasiswa pendidikan untuk prajurit tersebut.
Beasiswa ini menjadi salah satu bentuk penghargaan dari KSAD kepada para prajurit tersebut. Salah satu pendidikan itu adalah pendidikan di Sekolah Calon Perwira (Secapa) AD. Secapa AD merupakan sekolah yang diperuntukan bagi Bintara-Bintara terpilih TNI AD untuk bisa meningkatkan kepangkatannya menjadi perwira.
Selain itu ada pula pendidikan di kecabangan masing-masing. Lebih lanjut, Gatot mengungkapkan, prajurit-prajurit itu akan mendapatkan materi-materi baru dalam pendidikaan itu. Materi-materi pendidikan itu pun akan lebih baik dibanding dengan materi tahun lalu.
Tidak hanya itu, Gatot menyebut, pemberian beasiswa pendidikan itu akan lebih menguntungkan buat para prajurit itu dibanding kenaikan pangkat langsunh satu tingkat.
''Lebih baik sekolah dibanding kenaikan pangkat. Jika kenaikan pangkat, misalnya dia Praka (Prajurit Kepala) cuma jadi Kopral. Tapi dengan sekolah dia bisa menjadi Sersan. Jadi Kopral Dua, Kopral Satu, dan kemudian Sersan, malah jadi tiga (tingkat),'' kata Gatot saat menerima tim petembak juara umum AASAM 2015 di Markas Besar TNI AD, Jakarta Pusat, Jumat (29/5).
Gatot menambahkan, keberhasilan tim petembak TNI AD di AASAM 2015 ini merupakan prestasi membaggakan. Terlebih, Indonesia mampu mengalahkan sejumlah negara-negaraa maju, seperti Amerika Serikat yang menurunkan dua tim yaitu dari US Marine dan US Army. Secara keseluruhan, Indonesia mampu mengumpulkan 30 medali emas dari 50 medali yang dperebutkan dalam event yang diikuti 17 tim dari 15 negara tersebut.
Keberhasilan ini, ujat Gatot, dapat menimbulkan efek gentar yang luar biasa atas kemampuan para prajurit TNI di mata internasional. Terlebih, dalam event itu, tim kontingen Indonesia menggunakan senjata buat dalam negeri, yaitu buatan PT Pindad, Untuk senapan menggunakan SS-2 Varian 4, sedangkan untuk pistol adalah G2 Elite.
''Ini memberikan detterence effect (efek gentar) yang luar biasa, karena kami bertanding di Australia dan berhasil mengalahkan semua negara-negara peserta yang ada,'' ujar mantan Pangkostrad itu.
Dalam event itu, KSAD mengungkapkan, sempat terjadi polemik terkait kecurigaan terhadap senjata yang digunakan Indonesia. Panitia dan tim-tim dari negara lain sempat meminta untuk melakukan pemeriksaan secara khusus terhadap senjata yang digunakan tim Indonesia.
Pasalnya, Indonesia begitu dominan dan memiliki selisih raihan medali emas yang begitu jauh dengan peringkat kedua, yaitu Australia yang hanya mengumpulkan lima medali emas. ''Tapi tidak saya ijinkan (pemeriksaan itu). Jika ingin diperiksa, tim negara lain juga harus diperiksa. Mereka kira mungkin kami menggunakan dukun,'' kata Gatot.
Dalam event itu memang dipilih petembak-petembak paling mahir dari berbagai kesatuan di TNI AD. Setelah dilakukan seleksi akhirnya dipilih 14 prajurit, sembilan prajurit Kostrad, empat prajurit Kopassus, dan satu prajurit dari Kodam Mulawarman, yang tergabung dalam tim petembak TNI AD. Secara total untuk mengikuti event yang digelar 20-23 Mei silam itu, Indonesia mengirimkan 21 orang, terdiri dari 14 prajurit, dua orang dari PT Pindad, dan lima prajurit sebagai pelatih dan official.
Dalam sejarah AASAM, TNI AD sudah mengikuti kejuaraan menembak itu sebanyak 12 kali sejak 1991 silam. Secara berangsur-angsur, Indonesia pun terus mengukirkan prestasi cemerlang. Puncaknya saat mampu menjadi juara umum selama delapan kali berturut-turut sejak 2008 silam, hingga saat ini.