Kamis 28 May 2015 19:57 WIB

Terus Ditemukannya Varian Baru Jaga Booming Batu Akik

Jual Batu Akik. Seorang penjual batu akik (kanan) menawarkan batu akik dari Bengkulu sebelum acara penendatanganan kerjasama antara DPD RI dengan KPK saat pembukaan masa sidang IV DPD RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (19/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Jual Batu Akik. Seorang penjual batu akik (kanan) menawarkan batu akik dari Bengkulu sebelum acara penendatanganan kerjasama antara DPD RI dengan KPK saat pembukaan masa sidang IV DPD RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Terus bermunculannya varian-varian baru batu akik yang ditemukan, mampu menjaga booming bertahan dalam waktu yang lama.

"Varian atau jenis batu baru terus bermunculan dari daerah-daerah. Ini membuat pasar batu mulia terus menggeliat," kata Bangkit Alamsyah, pemilik Gaby Gemstone Jakarta di Semarang, Kamis (28/5).

Ditemui di sela pameran akik '5th Anniversary Pasar Senggol Hotel Grand Candi Semarang', ia mencontohkan varian batu Pink Ladies dari Lampung mirip Red Borneo dari Kalimantan yang muncul. Menurutnya, batu Pink Ladies yang berwarna merah muda solid dengan titik-titik kehitaman secara umum memang mirip dengan batu Red Borneo, namun daerah penemuan batunya memang berbeda.

"Ya, batu Pink Ladies sama Roed Borneo memang mirip. Kalau jenis batuannya Rhodonite. Kemudian, ada lagi batu Anggur Api dan Giok Alpukat yang juga varian baru berasal dari Lampung," katanya.

Seiring dengan booming batu akik, ia mengakui omzet yang didapatkannya lumayan. Baik dari toko yang dibukanya di Jakarta maupun ketika pameran keliling di berbagai daerah di Indonesia.

Dari even-even pameran yang diikutinya, Bangkit menyebutkan sanggup meraup omzet sampai Rp 3 juta per hari, belum lagi dari omzet yang didapatkannya dari toko yang dibukanya di daerah Jakarta. "Saya jual dari yang murah-murah sebijinya Rp 30 ribu sampai yang jutaan rupiah. Kebanyakan yang dicari orang, ya, model borongan murah. Kan bisa beli satu biji dan kualitasnya juga bagus," katanya.

Pada pameran itu, Bangkit menyebutkan batu yang dijualnya paling mahal adalah Klawing dengan harga Rp 1,5 juta, sementara batu yang lain, seperti Raflesia, Giok Aceh, Solar, dan Anggur Api. Pernyataan senada disampaikan Mamik dari Felli Stone Banyumas yang juga membuka stan di pameran itu. Ia mengakui omzet yang diraupnya pada ajang pameran memang cukup lumayan, antara Rp 500 ribu-Rp 2 juta per hari.

"Namun, pernah juga sehari saya dapat (omzet, red.) sampai Rp12 juta. Itu hanya dari satu tempat pameran," katanya.

Berkaitan dengan kemunculan varian batu baru, ia mengakuinya dan terkadang dalam satu jenis batu bisa muncul varian-varian baru, seperti batu Klawing atau dikenal juga dengan sebutan Pancawarna. "Dari Klawing, ada varian baru namanya Telur Kodok. Dari Nagasui atau Bloodstone juga muncul varian baru. Tidak hanya hijau dan merah, namun banyak warna, yakni Nagasui Multicolour," ucap dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement