REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengungkap ada unsur politik di balik penolakan penggusuran warga Kelurahan Pinangsia, Jakarta Barat.
Sebelumnya permintaan warga untuk menunda pembongkaran juga suda dilakukan. Akan tetapi, selanjutnya warga terus saja meminta untuk mengulur waktu untuk pembongkaran.
"Ini mental orang yang mau cari untung, ya sudah kita masih terus bongkar. Ada orang yang urus naik Fortuner loh, kita intip kok. Tahu datanya ia siapa, aktivis mana, lulusan mana, ini kan kayak mau main politik supaya kita takut," kata Ahok sapaan akrab Basuki di Balai Kota Jakarta, Kamis (28/5).
Ahok mengatakan warga yang menolak pembongkaran diduga adalah pemilik sejumlah rumah di kawasan tersebut. Pemilik rumah tersebut biasa menyewakan tempat kepada warga lain yang tidak memiliki KTP dengan domisili DKI.
"Sama kayak Waduk Pluit, begitu digusur minta tunda waktu. Kita ada beberapa kali pengalaman, dulu waktu kita gusur kita masukin semua ke rusun, eh nggak tahunya banyak penyewa," ujarnya.
Pembongkaran sendiri telah dilakukan pada Rabu (27/5) lalu, penggusuran di bantaran kali Ciliwung, Jalan Kunir, Kelurahan Pinangsia oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) beserta TNI dan sejumlah aparat kepolisian.
Warga yang telah digusur pun dikabarkan masih mendirikan tenda dibekas tempat penggusuran. Ahok mengatakan pola pendirian tenda tersebut tidak akan bertahan lama.
"Kalau sudah digusur ia pasang tenda, kita liat saja berapa lama ia tahan," kata mantan Bupati Belitung Timur ini.