Ahad 24 May 2015 12:57 WIB

Lahan Kebun Apel di Batu Malang Terus Menyusut

Apel Malang, ilustrasi
Foto: Blogspot
Apel Malang, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Luasan lahan perkebunan buah apel di Kota Batu, Jawa Timur, dalam 15 tahun terakhir terus menyusut karena banyak petani yang beralih ke tanaman lain dan beralihnya fungsi lahan menjadi perumahan.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kota Batu Sugeng Pramono di Batu, Minggu mengakui adanya penyusutan lahan tersebut, bahkan daerah yang sebelumnya sangat subur tanaman apelnya, sekarang sudah tidak bisa ditemui lagi, seperti di Desa Oro-oro Ombo, Pandanrejo dan Sidomulyo.

"Perkebunan apel yang tersisa sekarang ini rata-rata berada di kawasan yang tinggi (atas), sepeti di Desa Sumbergondo, Bulukerto, Bumiaji, Giripurno, dan Tulungrejo. Padahal, 15-20 tahun lalu hampir setiap desa di Batu terlihat hamparan tanaman apel, ujarnya.

Menurut dia, menyusutnya tanaman buah subtropis tersebut, selain karena faktor peralihan lahan menjadi permukiman, juga disebabkan menurunnya kelembaban udara dan kualitas tanah. Karena kondisi tersebut, tanaman apel tidak bisa tumbuh dengan baik, bahkan kualitas buahnya juga jelek.

Karena lahan perkebunan apelnya kurang produktif dan kualitasnya menurun, banyak petani yang beralih ke tanaman sayuran, bunga dan buah jeruk, bahkan dalam 15 tahun terakhir ini tanaman apel sudah berubah menjadi komoditas lain, seperti di Desa Sidomulyo, Gunungsari dan Sumberejo serta Bumiaji.

Menyinggung upaya yang dilakukan Pemkot Batu, Sugeng mengaku mengupayakan revitalisasi lahan dengan menggunakan pupuk organik dan mengajak petani untuk memanfaatkan lahan yang dibiarkan setelah tanaman apelnya gagal dengan mengganti komoditas tanaman jeruk keprok 55.

Lahan-lahan yang "mati" itu, lanjutnya, direvitalisasi sebelum ditanami jeruk keprok 55. "Kami bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik (Balijestro) untuk penyediaan bibitnya, peningkatan SDM serta konsultasi teknis," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement