REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Beredarnya beras plastik di Indonesia menjadi cerminan rapuhnya kedaulatan bangsa. Bahkan kasus ini menunjukkan rakyat tidak bisa lagi menggantungkan keselamatannya pada pemerintah.
Ketua Nasional Relawan Kesehatan Indonesia, Agung Nugroho mengatakan beras plastik yang bentuknya kasat mata saja berhasil bisa masuk dan beredar di pasar-pasar tradisional. “Lalu bagaimana jika yang dimasukan adalah virus dan bakteri penyakit menular yang telah direkayasa genetinya dan berpotensi menjadi wabah penyakit nasional?” kata Agung dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/5).
Kondisi ini, menurutnya, telah membuktikan rakyat tidak bisa lagi menggantungkan keselamatannya pada pemerintah. Sehingga, ia menyarankan, masyarakat bisa berusaha membentuk jalan dan caranya sendiri untuk menjamin keselamatan dirinya.
“Ini bisa dilakukan dengan membangun komunitas warga sehat dan siaga. Sehingga di setiap kampung tempat masyarakat itu tinggal, paling tidak memiliki benteng kedaulatannya sendiri,” jelasnya.
Diketahui sebelumnya, dugaan adanya beras sintetik (beras plastik) yang ditemukan di Pasar Bekasi, ternyata benar adanya. Sucofindo dalam hasil uji labnya menyebutkan beras plastik mengandung unsur kabel, ketamik, dan bahan yang digunakan untuk membuat pipa paralon.