REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI –- Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meluncurkan program kursus bahasa asing berbasis desa. Jumlah peserta yang mengikuti kursus cukup banyak yakni 3.009 orang berasal dari 217 desa/kelurahan sekabupaten Banyuwangi.
Para peserta bisa memilih satu bahasa asing, yaitu Inggris, Arab, dan Mandarin. ”Program kursus ini sebenarnya sudah berjalan sejak awal Mei lalu, namun baru kami luncurkan resmi sekarang. Semoga ini bisa menjadi daya dorong peningkatan kualitas SDM,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam siaran persnya kepada Republika Online, Jumat (22/5).
Anas mengatakan, penguasaan bahasa asing diperlukan untuk menyambut integrasi masyarakat antarnegara, khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Selain itu, juga untuk menyambut perkembangan pariwisata Banyuwangi yang kian pesat. Dengan fasilitasi kursus gratis tersebut, semua warga di desa berpeluang menguasai bahasa asing. ”Kalau selama ini kan lembaga kursus kebanyakan ada di daerah kota dan itu pasti berbayar. Sekarang kami fasilitasi gratis supaya semua bisa ikut dan maju bareng-bareng,” kata Anas.
Program kursus tersebut akan berlangsung dalam 67 kali tatap muka dengan total 310 jam pembelajaran selama tiga bulan ke depan. Dalam sepekan, ada tiga kali tatap muka. Para instruktur diambil dari sekolah dan lembaga penyelenggara kursus yang diberi honor khusus. Pemkab Banyuwangijuga menggandeng Himpunan Penyelenggara Pelatihan dan KursusIndonesia (HIPKI) dan Ikatan Penilik Indonesia untuk penyelenggaraan program ini. Di akhir periode, akan diadakan tes kelulusan dengan menggandeng lembaga penyelenggara kursus. Jika lulus, peserta akan mendapat sertifikat. Jika gagal, pembelajaran akan diulang.
Menurut Kepala Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiyono, pelaksanaan waktu belajar tergantung kesepakatan instruktur dan peserta, kebanyakan selama ini sore atau malam hari. Hal ini dilakukan hari agar tak mengganggu aktivitas warga yang bekerja. "Tempat kursus di balai desa atau tempat publik di desa sehingga bisa lebih guyub dan warga lain yang belum mengikuti kursus bisa termotivasi,” ujar Sulihtiyono.
Kini telah terbentuk 205 kelompok kursus bahasa Inggris, 27 kelompok bahasa Mandarin, dan 20 kelompok bahasa Arab. Di semua desa/kelurahan telah terbentuk kelompok yang masing-masing beranggotakan sekitar 12 orang. ”Ada kelompok yang gabungan dari dua desa bersebelahan karena meminati satu bahasa yang sama, namun pesertanya kurang dari 12 orang. Jadi misalnya di Desa A ada tiga orang warga ingin belajar Mandarin, lalu Desa B ada tujuh orang warga, ya kami gabungkan jika desanya berdekatan,” ujarnya.
Sejumlah peserta kursus menyambut baik program ini. Fauzi, petani dari Kecamatan Glenmore, mengatakan, dia mengikuti kursus tersebut karena ingin bisa berbahasa Inggris. ”Meski saya petani, saya merasa perlu bisa pintar bahasa Inggris. SMA dulu juga dapat pelajarannya, tapi kalau lewat kursus kan lebih cepat menguasai karena banyak praktik,” kata pemuda berusia 21 tahun itu.
Indrawati, salah seorang ibu rumah tangga asal Kecamatan Kabat, mengatakan, dia telah mengikuti kursus bahasa Inggris sebanyak 2 kali pertemuan. ”Saya ingin mahir bahasa Inggris supaya bisa mengajari anak saya. Paling tidak sejak kecil saya biasakan anak saya bisa menguasai beberapa kalimat biar dia termotivasi belajar,” ujar Indrawati.
Adapun Nanang Maulana, peserta kursus yang lain, mengikuti kursus bahasa Arab untuk kepentingan studinya. Anang merupakan lulusan STAI Ibrahimy Banyuwangi. ”Saya berniat melanjutkan studi pascasarjana di luar negeri yang mensyaratkan kemampuan berbahasa Arab. Karena itu, saya gabung program ini,” ujar Nanang.