Jumat 22 May 2015 12:30 WIB

Soal Mafia Migas, Menteri ESDM: Hanya Tuhan dan Karen yang Tahu

Rep: c85/ Red: Bilal Ramadhan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  Sudirman Said memberikan keterangan pers seusai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (19/5).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memberikan keterangan pers seusai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, kembali menceriterakan hambatan pengelolaan migas di masa lalu. Salah satunya, adalah kebijakan salah satu direktur Pertamina di masa lalu yang memperbolehkan NOC (national oil company) asing masuk.

Meskipun negara tersebut sejatinya tidak memiliki ladang minyak. Kebijakan ini, memberi kesempatan kepada pemburu rente untuk bersembunyi. Karena NOC ini hanya sebagai pedagang perantara saja.

"Atau dulu saya pernah pada waktu di Pertamina pernah ingin memasang iklan, mendaftar ulang vendor atau mendaftar ulang pemasok minyak. Supaya pemasok tidak itu-itu saja. Waktu itu dicegah dibatalkan oleh Direktur Utama (Pertamina). Saat itu Karen Agustiawan," kata Sudirman.

Perlu diketahui bahwa saat itu Sudirman tergabung dalam Integrated Supply Chain yang bernaung di bawah Pertamina. Sudirman pun mengatakan, langkahnya saat itu sempat terganjal oleh kekuatan dari luar Pertamina.

"Karen (dirut Pertamina) itu, menelpon saya dalam perjalanan saya ke luar negeri untuk supaya iklan itu dibatalkan. Kenapa? Saya tanya, karena penguasa waktu itu tidak mengizinkan pasokan ini dibuka secara transparan. Dan saya masih ingat pernyataan Karen, 'Pak Dirman, sudahlah ini menjelang pemilu. Serahkan saja pada mereka saya tidak bisa nahan,' begitu katanya," jelas Sudirman.

Sudirman sendiri tidak mau menyebut siapa sebenernya yang berusaha menekan Karen saat itu. Saat ditanya Republika, siapa "mereka", Sudirman hanya menjawab singkat, "Siapa mereka? Hanya Karen dan Tuhan yang tahu," katanya.

Dalam usaha agar tidak mengulang hal ini terjadi lagi, Sudirman menyebut satu satunya cara adalah restrukturisasi secara masif. Hal ini guna menghilangkan celah-celah bagi pemburu rente yang masih punya akses. Selain itu, lanjut Sudirman, diperlukan juga pengawasan yang ketat, audit, dan konsistensi serat komitmennya sebagai pengambil kebijakan.

"Kalau dari Presiden, Wapres, dan Menko, Menteri ESDM, Menteri BUMN, serta komisaris utamanya, sampai direksi Pertamina orang bersih semua, orang yang tidak punya kepentingan, rasanya main main di lapangan juga mikir," ujar Sudirman.

Saat ini, dengan kuatnya media sosial yang memungkinkan masyarakat punya akses kuat kepada kebijakan pemerintah, serta komitmen untuk menjaga transparansi, Sudirman menilai ruang gerak para mafia migas sudah semakin sempit.

Terlebih, dia menyambut rencana Direktur Utama Pertamina untuk melakukan perombakan secara masif khususnya dalam ISC Pertamina yang bertugas mengambil alih fungsi Petral. "Saya kira saat ini ruang mainnya makin sempit karena transparansi dan media sosial," lanjunya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement