REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Juru kunci Gunung Merapi Mas Kliwon Suraksohargo mengharapkan agar masyarakat yang melakukan pendakian bisa menjaga etika dan lebih waspada terhadap kondisi alam. "Pendaki harus berhati-hati, sebab naik gunung itu banyak risikonya. Orang naik gunung juga ada etika yang harus dijalankan," katanya, Rabu (20/5).
Menurut dia, etika tersebut diantaranya, seperti selalu menjaga kewaspadaannya. Banyaknya batu yang tidak kuat jika diinjak, akan membuatnya tergelincir dan jatuh. "Kalau tidak waspada bisa jatuh terperosok, baik itu ke kawah atau lereng yang curam," katanya.
Ia mengatakan selain itu antar teman-teman juga harus saling menjaga dan tidak bercanda yang dapat berakibat fatal. "Untuk keselamatan, baik ketika berangkat maupun pulang harus saling menjaga teman-teman yang lain, untuk keselamatan dan jangan 'gojek' (bercanda) yang berbahaya," katanya.
Mas Kliwon juga menyayangkan adanya kejadian jatuhnya seorang pendaki Erri Yunanto (21) warga asal Dusun Biru Tengah Rt 03/30, Trianggo, Gamping, Sleman ke dalam kawah Merapi pada Sabtu (16/5) lalu.
Korban akhirnya berhasil dievakuasi pada Selasa (19/5) kemarin oleh tim Search and Rescue (SAR) gabungan dari Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Setelah berhasil dievakuasi, korban yang ditemukan sudah dalam keadaan meninggal tersebut langsung dibawa pulang ke rumah duka. Disemayamkan sebentar untuk dishalatkan, kemudian langsung dikebumikan.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Tri Atmojo mengatakan pihaknya selama ini sudah memberikan aturan larangan kepada para pendaki agar tidak sampai ke puncak. "Aturan sudah jelas, hanya diperbolehkan sampai Pasar Bubrah saja," katanya.
Menurut dia, para pendaki memang masih banyak yang melanggar aturan ini. Dan aturan yang telah ditetapkannya pun tak terlalu efektif. Karena ketika di Pasa Bubrah, sangat sulit mengawasi satu per satu pendaki.
"Lokasi di Pasar Bubrah tersebut membuat para pendaki leluasa untuk pergi. Termasuk ke puncak, yang bisa ditempuh dalam waktu satu jam saja, perjalanan. Tidak mungkin, di hari-hari biasa kami mengawasi satu per satu pendaki. Memang selalu ada petugas yang melakukan pemantauan," katanya.
Ia mengatakan dengan tidak efektifnya aturan itu, dan sudah ada satu korban jiwa masuk ke dalam kawah Merapi, menjadi babak baru. Pihaknya akan melakukan pendekatan kepada Keraton Yogyakarta atau juru kunci Merapi, untuk mengeluarkan aturan yang bersifat kultural. "Ini bisa dibilang babak baru. Upaya kami selanjutnya akan menjalin komunikasi ke Keraton (Yogyakarta) atau juga juru kunci, Mas Asih," katanya.