Rabu 20 May 2015 09:12 WIB

Gunakan Teknologi Mutakhir, PALYJA Olah Air Banjir Kanal Barat

Palyja
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Palyja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah Barat DKI Jakarta menerapkan teknologi inovatif untuk meningkatkan pasokan air kepada 150 ribu masyarakat di bagian barat Jakarta. Teknologi ini merupakan langkah awal untuk mencapai 95 persen cakupan pelayanan di tahun 2020.

Presiden Direktur PALYJA, Dr. Jacques Manem mengatakan teknologi yang dikembangkan oleh Degremont Indonesia ini merupakan yang pertama kalinya diterapkan di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Pada prosesnya, teknologi Moving Bed Bio-film Reactor (MBBR) ini menggunakan medium-medium kecil yang dinamakan METEOR untuk melakukan pra-pengolahan air baku yang diambil dari Kanal Banjir Barat yang baku mutunya sangat buruk karena telah tercemar oleh limbah domestik maupun industri.

"Proses ini akan menguraikan kadar polutan dalam air seperti Amoniak sehingga layak menjadi air baku untuk selanjutnya akan diolah menjadi air minum,” kata dia.

Memasuki tahun 2015 ini, PALYJA berupaya keras untuk menambah pasokan air baku dari sumber air yang tersedia namun sangat tercemar di Jakarta. Dengan teknologi ini, Kanal Banjir Barat berkontribusi memasok air sebesar 550 liter per detik untuk konsumsi sekitar 200.000 orang.

Selain itu, PALYJA merencanakan membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pesanggrahan yang dapat menambah 1200 lps air baku. Bekerjasama dengan PAM Jaya, PALYJA juga berencana mengambil air baku dari Instalasi Pengolahan Air di Bekasi yang diharapkan dapat memberi tambahan sebesar 3000 lps.

PALYJA juga merencanakan pembangunan proyek booster pump Fatmawati & Harmoni, serta memperkuat jaringan di area-area TB. Simatupang, Gedong Pajang, Muara Baru dan transmisi Pluit Line. Semua itu dilakukan agar 95 persen masyarakat di wilayah pelayanan PALYJA mendapat akses air bersih perpipaan pada tahun 2020.

Saat ini ketersediaan pasokan air PALYJA kepada pelanggan hanya sekitar 8,5 m3/detik. Hal ini karena pasokan air baku belum bertambah secara signifikan sejak 1998.  Diperlukan sedikitnya 12,8 m3/detik air bersih untuk melayani 95 persen warga. Untuk mendistribusikan tambahan pasokan ini, diperlukan investasi besar-besaran guna membangun 2.500 Km jaringan pipa dengan biaya sekitar Rp. 2,5 Triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement