Selasa 19 May 2015 22:20 WIB

Perjuangan Pemuda Kini Melawan Diri Sendiri

Rep: Andi Nurroni/ Red: Yudha Manggala P Putra
Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf.
Foto: IST
Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Perjuangan kaum muda hari ini bukanlah melawan penjajah, seperti para pemuda pada masa kemerdekaan dahulu. Perjuangan generasi muda hari ini, adalah melawan kemalasan dirinya sendiri. Tugas kaum muda hari ini adalah belajar menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Begitu pesan yang disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf dalam pembukaan Forum Dialog Publik Harkitnas 2015 di Surabaya, Selasa (19/5). Saifullah percaya, kaum muda Indonesia memiliki modal untuk bersaing dengan anak-anak muda bangsa-bangsa lain.

“Saya optimistis Indonesia bisa menjadi negara yang besar asalkan SDM bisa mencapai potensinya. Selain pintar, peduli terhadap lingkungan, generasi muda Indonesia juga harus berakhlaq dan punya sopan santun,” ujar Saifullah.

Menurut dia, potensi SDM Indonesia sangat melimpah. Ia menekankan, tugas pemerintah untuk melakukan upaya agar bangsa Indonesia mencapai potensinya yang maksimal. “Kita tidak lagi mendiskusikan tentang gerakan Boedi Oetomo, yang sudah merupakan bagian dari sejarah. tapi spirit perjuangannya yang bisa diambil dan dijadikan modal untuk bangkit,” kata dia.

Menurut Saifullah, generasi muda sekarang ini akan menghadapi situasi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Di samping harus menguasai bahasa Indonesia dengan baik, termasuk bahasa daerahnya masing-masing, generasi muda kini juga harus menguasai bahasa internasional, baik Bahasa Inggris, Arab, Mandarin ataupun bahasa asing lainnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Sesditjen IKP) pada Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Suprawoto mengatakan, pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas pembangunan Indonesia sekarang ini.

Pembangunan karakter, menurut Suparwoto, mencakup seluruh bangsa, mulai dari birokrasi hingga segenap komponen masyarakat. “Dengan begitu kita bisa menghasilkan SDM yang kreatif, inovatif, disiplin. Sehingga diharapkan terwujud masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan,” kata dia.

Dialog publik bertema “spirit Boedi Utomo  dalam Implementasi Revolusi Mental” tersebut dihadiri 200 peserta. Peserta terdiri dari mahasiswa, pelajar, guru, tokoh agama, LSM, masyarakat umum humas TNI/ Polri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement