REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Proses ekskavasi Situs Liyangan di lereng Gunung Sindoro di Desa Purbosari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, melibatkan ahli arsitektur dan arkeobotani.
"Berbeda dari sebelumnya pada ekskavasi kali ini yang berlangsung pada 12-27 Mei 2015, kami dibantu oleh ahli dari disiplin ilmu yang berbeda, yakni arsitektur dan arkeobotani," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Liyangan Sugeng Riyanto di Temanggung, Rabu (13/5).
Ia mengatakan ahli arsitektur akan mengkaji aspek arsitektural bangunan-bangunan batu di Situs Liyangan. Pada kajian awal arsitektur ini, fokusnya ada di struktur dan konstruksi bangunan batu.
Ahli arkeobotani akan mengkaji jenis-jenis tanaman atau vegetasi yang ada di sekitar situs.
"Tahun lalu kami sudah mengawali dengan mengirim sampel ke ahli arkeobotani dengan analisis polen atau serbuk sari, hasilnya ternyata selaras dengan asumsi," katanya.
Ia mengatakan tanaman di sekitar candi itu cenderung jenis bunga, di sekitar jalan batu berupa tanaman perdu, di bagian atas di luar areal ibadah berupa tanaman keras, yakni jenis cemara pandak.
Selain itu, di bagian yang diasumsikan daerah pertanian diduga jenis rumput-rumputan atau keluarga padi-padian.
"Hal itu masih kajian awal, makanya tahun ini kami dalami betul sehingga nanti bisa diketahui di mana sawahnya, kebun, tanaman bunga, di mana tanaman keras atau kayu, karena kayu itu digunakan sebagai bahan bangunan yang sekarang ditemukan arang-arangnya," katanya.
Ia menuturkan jenis-jenis tanaman itu masih dugaan awal, dengan penelitian tersebut bisa lebih dipastikan. "Kalau nanti bisa jelas dan rinci dan punya sebaran vegetasinya, nanti ke depan ketika akan dikembangkan bisa dikembalikan di sekitar candi ditanam tanaman yang mirip jenisnya," katanya.
Ia menuturkan dalam penelitian itu, ahli arsitektur dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKSW), sedangkan arkeobotani dari Balai Arkeologi Yogyakarta dan Unsoed.