REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dan Sosiolog Arie Putra mengungkapkan, teknologi informasi yang semakin berkembang membuat orang tergiur menggunakan internet sebagai media bisnisnya. Bahkan, lanjut dia, internet saat ini di Indonesia sudah dijadikan media jual-beli. Itu juga lah yang mendorong terjadinya transaksi prostitusi online.
“Padahal 10 tahun lalu saat orang masih transisi dari offline ke online, jarang kan orang yang percaya belanja online,” kata dia kepada Republika, Selasa (12/05).
Dia memaparkan, saat ini internet sudah dimanfaatkan sebagai instrumen ekonomi. Sehingga, lanjut dia, timbulah persoalan di mana setiap orang bisa mengakses ruang publik dengan begitu bebas.
“Lihat saja forum-forum di media sosial. Itu kan banyak banget pembicaraan mengenai praktek prostitusi,” tambah dia.
Pada Sabtu (9/5) dini hari, petugas Polres Jaksel menangkap tangan RA dan seorang perempuan berinisial AA di sebuah hotel bintang lima. RA dikenal sebagai mucikari dari prostitusi kelas kakap melalui media online.
RA mematok harga minimal Rp 80 juta sampai Rp 200 juta terhadap satu perempuan penghibur. Harga itu untuk pelayanan singkat atau short time dengan durasi tiga jam. Selain mematok harga yang fantastis, RA dan para perempuannya hanya menerima pelayanan di hotel berbintang.
Saat ini pihak Polres Jakarta Selatan masih menyelidiki kasus prostitusi ini. Polres masih mengembangkan kasus untuk mengungkap jaringan yang lebih besar.