REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog sekaligus Wakil Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar mengatakan, jika ingin memperbaiki masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dari prostitusi, harus dimulai dari rumah.
Jadi, lanjut dia, setiap keluarga harus bisa mengajarkan akhlak mulia dan menanamkan keimanan yang kuat terhadap anak-anaknya. Mereka juga harus bisa menanamkan nilai-nilai agama sesuai kepercayaannya masing-masing.
“Karena kalau keluarga ini bobrok, maka hasilnya akan melahirkan generasi yang bobrok pula. Jadi pilarnya adalah keluarga dan sekolah,” kata dia kepada ROL, Senin (11/5).
Musni berpendapat, sekolah juga harus berperan aktif dan jangan hanya mengajarkan supaya muridnya pintar. Tetapi, harus bisa mengajarkan akhlak mulia. Sebab, menurutnya itu merupakan hal yang bisa membentengi si anak dari terjerumus ke dalam dunia pelacur.
“Pola pendidikan orang tua itu harus bergeser dari sekedar ingin membuat anak pintar menjadi ingin juga membuat anak memiliki akhlak yang baik. Jadi, jangan hanya menanyakan berapa nilainya di sekolah, tapi cermati dulu gimana sembahyangnya, sejauh mana dia taat,” papar dia.
Pada Sabtu (9/5) dini hari, petugas Polres Jaksel menangkap tangan RA dan seorang artis berinisial AA di sebuah hotel bintang lima. RA dikenal sebagai mucikari dari prostitusi kelas kakap.
RA mematok harga minimal Rp 80 juta sampai Rp 200 juta terhadap satu perempuan penghibur. Harga itu untuk pelayanan singkat atau short time dengan durasi tiga jam. Selain mematok harga yang fantastis, RA dan para perempuannya hanya menerima pelayanan di hotel berbintang.
Saat ini, Polres Jakarta Selatan masih menyelidiki kasus prostitusi ini. Polres masih mengembangkan kasus untuk mengungkap jaringan yang lebih besar.