REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Jawa Barat, Ayi Hambali, mengakui longsor yang terjadi di Pangalengan, Jawa Barat, bukan dipicu oleh ledakan pipa gas alam milik PT. Geothermal Star Energy. Menurutnya, sejak Maret 2015 tanda-tanda longsor tersebut memang sudah diprediksi oleh badan geologi.
“Sebenarnya bencana ini diperparah oleh adanya ledakan pipa gas, bukan karena pipa gas yang meledak lalu terjadi longsor,” kata Ayi kepada Republika.co.id. Ia juga membenarkan bahwa memang lokasi longsor tersebut merupakan daerah rawan bencana.
Oleh karena itu, masih menurut Ayi, sebelum terjadinya longsor sudah ada pemberitahuan kepada masyarakat mengenai prediksi kelongsoran pada area tersebut. “Makanya kan masyarakat di daerah tersebut sudah diberitahukan untuk mengungsi,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, kemungkinan jika tidak ada ledakan pipa gas maka kejadian bencana tersebut tidak akan separah yang terjadi. “Sayangnya pipa gas juga tidak sesuai dengan lokasi yang rawan bencana. Ditambah masih ada gas yang ada di dalam pipa tersebut, padahal sebelumnya sudah diberitahu untuk mematikan gas karena ada prediksi terjadi longsor,” jelas Ayi.