REPUBLIKA.CO.ID, MUNTOK -- Warga Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung berharap permainan tradisional gasing dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Hal itu sebagai upaya pelestarian warisan budaya yang memiliki nilai kearifan lokal tinggi.
"Olah raga gasing sudah memiliki aturan baku layaknya olah raga tradisonal lain yang sudah terlebih dahulu diakui, seperti pencak silat dan sepak takraw," kata tokoh masyarakat Muntok, Sofyan Sahaba, Kamis (7/5).
Ia mengatakan, selain menjadi salah satu cabang olah raga, gasing juga merupakan salah satu budaya Melayu yang perlu dilestarikan sebagai identitas bangsa.
"Kami telah menerbitkan buku tentang gasing dan kami sebarkan di seluruh sekolah. Ke depan kami berharap gasing bisa masuk dalam kurikulum sekolah, misalnya dimasukkan dalam muatan lokal wajib," kata dia.
Menurut pengurus Persatuan Gasing Seluruh Indonesia (Pergasi) tersebut, permainan gasing memenuhi syarat dan cocok dipelajari para siswa, terutama di Babel yang masih kental nuansa budaya Melayu.
Dengan adanya pelajaran gasing di sekolah, ia berharap permainan warisan dunia yang mengutamakan kebersamaan, tenggang rasa, kejujuran, kesabaran dan ketangkasan tersebut tidak tergerus arus modernisasi yang lebih mementingkan individu.
"Roh olah raga gasing sebenarnya persahabatan dan persatuan. Dalam permainan gasing tidak pernah ada perselisihan karena aturannya sudah baku di seluruh daerah dan beberapa negara Asia Tenggara," kata dia.
Selain masuk dalam pelajaran wajib di sekolah, kata dia, gasing juga perlu dimainkan dalam Pekan Olah raga Nasional (PON) dengan memperebutkan medali.