Rabu 06 May 2015 09:43 WIB

Kebocoran Soal UN, Pengamat: Lebih Baik UN Ditiadakan Saja

Rep: C13/ Red: Bayu Hermawan
Siswa mengikuti Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia berbasis komputer di SMKN 28, Jakarta Selatan, Senin (13/4).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Siswa mengikuti Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia berbasis komputer di SMKN 28, Jakarta Selatan, Senin (13/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Nuryati Djihadah mengaku prihatin dengan masih terjadinya kebocoran soal dan kunci jawaban ujian nasional (UN).

Ia menilai, masih terjadinya kebocoran soal dan jawaban UN menandakan masih buruknya tingkat kejujuran masyarakat pada umumnya dan pelaksana pendidikan. Menurutnya jika hal ini terus terjadi, sebaiknya UN ditiadakan saja.

"Lebih baik UN ditiadakan saja," ucapnya kepada Republika, Selasa (5/5).

Nuryati melanjutkan, apabila UN memang tidak bisa dihapus, maka sebaiknya pemerintah harus melakukan perubahan yang serius. Dia mengakui cukup puas terhadap konsep pemerintah dalam pelaksanaan UN, yakni tidak menjadikan nilai UN sebagai patokan kelulusan.

Ia juga berharap perubahan sistem ini terus dilakukan secara bertahap demi perubahan sistem pendidikan yang lebih baik lagi. Nuryati mengungkapkan, ketidakjujuran ketika UN tampaknya seperti kebudayaan dan kebiasaan. Oleh sebab itu, dia mengaku merasa sulit untuk melakukan perubahan secara sekaligus.

"Untuk itu harus dilakukan perubahan secara bertahap dan serius," katanya.

Nuryati menambahkan, kejujuran ketika melaksanakan UN itu sangat penting. Penyebabnya, kata dia, itu merupakan patokan penting untuk melihat moral bangsa.

"Moral itu harus dijaga dengan baik agar bangsa ini tidak mengalami masalah ini secara terus menerus," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement