Kamis 30 Apr 2015 15:05 WIB
Tokoh Perubahan Republika 2014

Bhayu Subrata dan Pratama Widodo, Hidupkan Alquran dengan One Day One Juz

Rep: c13/Irwan Kelana/ Red: Didi Purwadi
Bhayu Subrata (kiri) bersama Pratama Widodo (kanan) berfoto bersama saat Republika menyambangi kediamannya di Kampung Pasir Muncang, Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu (4/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Bhayu Subrata (kiri) bersama Pratama Widodo (kanan) berfoto bersama saat Republika menyambangi kediamannya di Kampung Pasir Muncang, Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bacaan ayat-ayat Alquran terdengar bergemuruh menguasai langit-langit Jakarta. Ketika itu, tepat pada 4 Mei 2014, Masjid Istiqlal yang berdiri di tengahtengah kota metropolitan tampak begitu luar biasa. Penyebabnya, sekitar 50 ribu orang dari berbagai wilayah hadir demi melafalkan ayat-ayat Allah SWT secara bersama-sama.

Acara yang mendapatkan perhatian besar masyarakat Indonesia dan dunia, terutama umat Islam itu, merupakan grand launching ODOJ. Bagi kalangan umat Islam Indonesia, ODOJ boleh jadi bukan hal yang asing lagi. ODOJ atau One Day One Juz ini sudah dikenal masyarakat karena telah memiliki anggota hampir 130 ribu orang dari berbagai tempat dan negara.

Pada perhelatan akbar ODOJ ini, komunitas yang menjalankan tadarus One Day One Juz inipun berhasil mendapat penghargaan Rekor Dunia dari MURI. Acara yang sangat membanggakan bagi umat Islam itu berhasil masuk ke dalam kategori membaca Alquran bersama yang menghadirkan 50 ribu umat Islam. Bahkan, rekor ini mampu menembus dunia.

Jika teringat momen yang mampu meng getarkan langit Allah itu, Bhayu Subrata mengaku sangat terharu. “Saya tidak pernah menyangka gerakan One Day One Juz akan sebesar ini,” ujar penggagas One Day One Juz (ODOJ) itu saat menerima Republika di rumahnya, Jalan Pahlawan, Kelurahan Pasirmuncang, Kecamatan Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, awal April 2015.

Mungkin tiada yang pernah menyangka, di suatu tempat terpencil wilayah Purwokerto ini, tepat di depan jalan kereta api, hadir seorang laki-laki yang saat ini berhasil mengubah dan meng gerakkan umat Islam untuk mencintai Alquran.

Ru mah pria yang saat ini bekerja sebagai desain grafis ini tampak sangat sederhana. Tidak ada kemewahan yang muncul di bangunan yang di dalamnya sering diada kan kegiatan belajar bagi anak-anak yang berada di wilayahnya.

Ruang depan rumah joglo itu dibiarkan terbuka, di dalamnya banyak meja kursi untuk anakanak dan ibu-ibu belajar, baik home schooling untuk anakanak maupun belajar membaca dan mengkaji Alquran. Meski sederhana dan jauh dari perkotaan, hal itu tidak membuat Bhayu patah semangat untuk mengubah umat Islam agar men jadi lebih baik lagi dengan ga gasan ODOJ-nya itu.

Merintis sejak mahasiswa Pria yang lahir pada 13 Juni 1981 itu mengisahkan, awalnya kegiatan ODOJ ini bermula dari pandangannya terhadap umat Islam dalam menjalankan tadarus Alquran. Menurut pria yang menempuh pendidikan terakhirnya di FISIP Adiministrasi Negara Universitas Soedirman (Unsoed) Purwokerto ini, umat Islam kurang memiliki perhatian besar untuk membaca Alquran. Agar tidak masuk ke dalam kategori tersebut, Bhayu pun mengungkapkan mulai menjalankan kebiasaan membaca Alquran secara rutin pada 2004.

“Ketika itu saya masih kuliah,” ujar Bhayu yang terpaksa mengundurkan diri dari kampusnya saat menyusun skripsi. Lebih jauh Bhayu menjelaskan, mengapa ia pada akhirnya berusaha menerapkan one day one juz dalam hidupnya. “Du lu saya ingin punya amal ung gulan, yang bisa saya kuasai.

Karena saya tidak bisa Tahajud tiap hari, tidak bisa shaum sunah rutin, maka saya pilih tilawah harian satu juz. Selain itu, semua sahabat punya amal unggulan. Misalnya, Bilal bin Rabah dengan adzannya, Utsman bin Affan dengan sedekahnya, Sa’ad bin Abi Wagash dengan skill memanahnya,” papar Bhayu.

Pada 2004 itu, Bhayu mengaku memiliki sebuah target untuk menguasai sejumlah surah. Dia menjelaskan, semua itu ditulis dan dipasang olehnya di dalam Alquran. Bhayu mengisahkan, ada tiga target yang mulai dijadikan kebiasaan baru olehnya. Ketiga kategori tersebut, yakni bacaan harian, pekanan, dan bulanan.

Pada kategori harian, dia mu lai membiasakan membaca Alquran satu juz dalam sehari. Dia juga mencatat pembacaan doa-doa Alma’tsurat pada waktu pagi-petang dan muraja’ah (mengulang-ulang Juz ‘Amma— juz ke-30) sebagai hal yang dia lakukan dalam sehari-hari.

Pada kategori pekanan, Bhayu menargetkan tadarus sekaligus hapalan sejumlah surat seperti ar-Rahman, al-Waqi’ah, al- Mulk, al-Kahfi, Yaasin, al-Jumu’ah, dan ash-Shaaf. Sedangkan, Bhayu menambahkan, penambahan satu surah baru menjadi target yang masuk ke dalam kategori bulanannya.

Kebiasaan-kebiasaan itu terus dijalankan oleh Bhayu hing ga akhirnya dia bertemu dengan tokoh ulama Indonesia Prof Dr KH Didin Hafidhudin saat acara keislaman di masjid kampus Un soed.

Ulama yang juga pakar eko nomi syariah dan zakat itu menulis pesan untuk Bhayu, “Taddaburil Alquran, Insya Allah An da akan menjadi generasi Qu rani, Didin Hafidhuddin, 09-04-05.” “Saya mendapatkan sebuah lecutan semangat untuk membu mikan Alquran setelah bertemu Kiai Didin,” ungkapnya.

Selama beberapa waktu Bhayu merutinkan kegiatan mem baca satu juz dalam sehari. Pada 2007 ia memutuskan untuk mengajak umat Islam, khususnya para remaja, membiasakan mem baca Alquran setiap hari melalui SMS, blog, dan buku saku.

Ajakan-ajakan terus dilakukan Bhayu hingga dia pun menikah dengan Siti Istikomah pada 2009. Pada acara pernikah annya itu, Bhayu membagikan sejumlah souvenir Al-Ma’tsurat yang di dalamnya ia selipkan metode One Day One Juz-nya itu. “Nah, di sinilah sudah mulai ada respons yang cukup baik terutama dari kawan saya, Pratama Widodo,” tambahnya.

Pratama Widodo SPd merupakan sahabat Bhayu asal Banjarnegara yang juga ikut berjuang memperkenalkan metode ODOJ kepada umat Islam di Indonesia. Alumnus Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Negeri Semarang (Unnes) mempromosikan One Day One Juz di media sosial facebook dengan laman grup dan fanspagenya.

“Pada awalnya, pihak yang memulai respons di medsos itu berasal dari teman-teman saya yang berkuliah di Unnes,” kata pemuda kelahiran 1987 yang hobi bersepeda dan fotografi itu.

Berbagai media telah diupayakan Bhayu dan Widodo untuk mengenalkan metode One Day One Juz ketika masa awal itu. “Termasuk ke dalamnya blog, facebook, SMS maupun buletin serta kajian agama,” tutur Widodo yang aktif dalam sejumlah organisasi, seperti OSAKA (Komunitas Sepeda), Ko muni tas Toekang Poto, Rakom RKFM, dan Remaja Masjid al-Iman.

Sekitar 2013, Bhayu mengaku telah menerima SMS dari salah satu ODOJers (sebutan followers) yang tertarik dengan metode ODOJ-nya itu.

Menurutnya, orang tersebut memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan metodenya itu lebih luas lagi. “Mas Fatah (Fatah Yasin, kepala bidang IT ODOJ— Red) meminta izin ke saya untuk mengembangkan ODOJ dan saya pun mempersilakannya,” ujar lelaki yang saat ini sudah dikaruniai dua putra, yakni Abdullah Rasyid Alhaqqu (5 tahun) dan Abdurrahman Izzudin Al Qassam (7 bulan). Pada November 2013, ODOJ makin berkembang melalui media sosial serupa BBM, whatsapp (WA), twitter, website, dan sebagainya.

Perluasan jangkauan ODOJ melalui WA, kata Bhayu, tidak bisa dilepaskan dari peran Ustadzah Nurkhalifa. WA tersebut membuat ODOJ makin booming. “Saya benar-benar tidak menyang ka perkembangan ODOJ bisa sebesar itu, yang awalnya private kemudian menjadi go public bahkan go international,” terang Bhayu.

Apalagi, followers ODOJ ada pula yang berasal dari mancanegara dan berasal dari berbagai kalangan juga. Bhayu mengaku sangat bersyukur dan terharu dengan semua hasil yang telah dicapai ODOJ. Menurutnya, inilah hasil sebuah keikhlasan karena Allah dalam mengemban dan mensyiarkan ajaran Ilahi di bumi-Nya ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement