Rabu 29 Apr 2015 06:22 WIB

Ekonom Klarifikasi Pernyataan Seskab yang Benarkan Jokowi

Ketua DPP Partai Demokrat sekaligus ekonom Ikhsan Modjo.
Foto: Antara
Ketua DPP Partai Demokrat sekaligus ekonom Ikhsan Modjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Demokrat sekaligus ekonom Ikhsan Modjo mengklarifikasi pernyataan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto yang menyebut presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) salah data. Menurut Andi, tak ada yang salah dengan pidato Jokowi yang disampaikan dalam forum internasional Konferensi Asia Afrika pada pekan kemarin.

Andi menjelaskan, pada 2006, Indonesia memang tidak memiliki utang pada lembaga keuangan dunia tersebut. Namun, negara melalui Bank Indonesia kembali berhutang sebesar 3 miliar dolar AS pada 2009. "Pada 2009 muncul 3,093 miliar dolar AS," kata dia di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (28/4).Presiden Jokowi sudah benar.

Ikhsan merasa perlu mengklarifikasi pernyataan Andi. "Terkait keterangan Menseskab, mengutip data Dirjen Utang Kemenkeu, Indonesia masih berutang ke IMF 2,9 juta dollar perlu saya jelaskan. #IMF," katanya melalui akun Twitter, @ikhsanmodjo.

Menurut Ikhsan, pemerintah Indonesia sudah tidak punya utang lagi kepada IMF. "Angka 2,9 Juta dollar dalam Statistik Utang Luar Negeri yang dimaksud menseskab itu merefleksika iuran Indonesia sebagai anggota IMF. #IMF," ujarnya.

Dia pun meluruskan pernyataan Andi. "Jadi angka 2,9 juta dollar itu BUKAN merefleksikan komitmen baru/ utang yang diberikan IMF ke Indonesia, sebagaimana yang disebut Andi. #IMF."

Ikhsan melanjutkan, "Pertanyaannya kenapa tercatat di statistik uang dan lalu lintas devisa? Jawabannya: karena ia merefleksikan komitmen devisa Indonesia. #IMF."

Calon wali kota Tangerang Selatan itu menyatakan, "Sama, misalnya dengan status reserved/ cadangan devisa Bank Indonesia dalam bentuk SDR (Special Drawing Rights) yang disimpan di IMF. #IMF."

Karena itu, ia meminta pemerintah untuk lebih teliti dalam menilai posisi utang Republik Indonesia. "Demikian, semoga kejadian ini bisa jadi pelajaran untuk kehati-hatian mengutip dan menafsirkan data di kemudian hari. Sekian. #IMF."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement