REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan optimistis swasembada garam di Indonesia dapat tercapai pada tahun 2016, karena berbagai pihak di Tanah Air memberikan dukungan sangat besar terhadap pemberdayaan dan kesejahteraan petambak garam.
"Untuk mewujudkan swasembada garam diperlukan upaya serius dan saling bersinergi," kata Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sudirman Saad, dalam Pembukaan Sosialisasi Nasional Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Tahun 2015, di Surabaya, Selasa malam.
Oleh sebab itu, ungkap dia, KKP melalui program PUGAR yang telah dilakukan sejak tahun 2011 diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan.
Selain itu, meningkatkan kualitas garam rakyat di tingkat hulu melalui penyediaan berbagai sarana dan prasarana produksi.
"Kami berkomitmen swasembada garam nasional ini dapat dicapai. Apalagi, tahun 2015, KKP memfasilitasi kurang lebih 10.000 hektare lahan garam rakyat untuk intensifikasi dengan alokasi anggaran besar," ujarnya.
Mengenai besaran produksi garam, target dia, pada tahun ini terealisasi 3,3 juta ton atau 0,8 juta ton lebih besar dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 sebesar 2,5 juta ton.
Peningkatan itu diharapkan menjadi substitusi terhadap pengurangan importasi garam sebesar 50 persen.
"Angka tersebut setara dengan satu juta ton pada tahun 2015. Selain itu, kami harap disertai dengan kualitas garam yang memadai," katanya.
Terkait pemetaan swasembada garam yang telah disusun KKP, tambah dia, dilakukan dengan mengalokasikan anggaran cukup besar. Khususnya untuk intensifikasi lahan garam dalam memenuhi kebutuhan garam industri maupun mempertahankan swasembada garam konsumsi.
"Meski begitu, untuk memenuhi satu juta ton garam di Indonesia diperlukan banyak langkah. Untuk itu, kami butuh dukungan sejumlah pihak mulai Dinas Kelautan dan Perikanan, baik dari kabupaten/kota maupun provinsi yang melaksanakan PUGAR," katanya.
Sementara, sebut dia, dengan implementasi teknologi tepat guna seperti penerapan geoisolator diyakini meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas garam rakyat. Jika awalnya 60-80 ton menjadi 100-120 ton per hektare per musim.
"Dengan pentingnya teknologi itu, implementasinya perlu dikawal dengan baik meskipun mempertimbangkan cuaca," katanya.