REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang termasuk lima pasukan khusus terbaik di dunia, memiliki ciri khas kemampuan khusus, seperti gerak cepat di setiap medan, menembak tepat, pengintaian, perang hutan, buru senyap, survival, para dasar dan antiteror.
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengaku setuju dan mendukung dengan ide cemerlang Danjen Kopassus Mayjen Doni Monardo yang menekankan agar prajurit mejaga silaturahim. Itu lantaran seringnya gesekan di lapangan antarmatra bisa diantisipasi.
"Saat jumpa siapa pun lakukan 3S (senyum, sapa, salam), jangan lakukan 3M (melotot, marah, memukul). Hal ini sangat bermanfaat bagi soliditas pasukan serta baik bagi hubungan silaturahim dengan pihak-pihak lain, utamanya dari matra TNI lain dan Polri serta komponen masyarakat, sehingga tak perlu lagi ada, semacam tragedi Cebongan di masa lalu," katanya dalam siaran pers kepada Republika, Selasa (28/4).
Menurut dia, mungkin banyak dari masyarakat yang lupa atau bahkan tidak paham, Kopassus itu adalah alat negara yang paling ampuh untuk menyelesaikan tugas negara dengan cara militer yang terukur, dan memiliki tuntutan keberhasilan pelaksanaan tugas yang tinggi. "Jadi Kopassus itu 'hanya alat', bukan yang memiliki alat, dan bukan pula yang menggunakan alat," kata mantan anggota Komisi I DPR tersebut.
Sehingga, menurut dia, seperti halnya dengan alat atau senjata apapun, Kopassus sama sekali tidak bisa bergerak sendiri melakukan tugasnya. Kopassus tidak bisa bertempur atas inisiatif dan kehendaknya sendiri. Bahkan, Kopassus tidak bisa menentukan sendiri siapa musuhnya. "Semuanya itu atas putusan resmi negara," ujar Susaningtyas.
Karena itu, berdasarkan pengamatannya, Kopassus memang didesain sebagai pasukan khusus, bukan satuan khusus. Kopassus dilatih secara khusus untuk melaksanakan operasi khusus pada satuan strategis yang terpilih. "Karena itu, Kopassus harus selalu eling lan waspada tidak boleh digunakan semaunya apalagi oleh orang atau pihak tertentu," katanya.
Dia pun mengapresiasi, dalam peringatan HUT pada 29 April mendatang, Kopassus mengundang beberapa tokoh penting dari berbagai pihak yang pada masa lalu 'berhadapan' dengan Kopassus. Rencananya tokoh mantan Organisasi Papua Merdeka (OPM), dan eks Falintil turut hadir.
Mereka yang diundang, antara lain Frans Albert Yoku mantan tokoh OPM luar negeri, kemudian mantan Panglima OPM wilayah Biak, Serui dan Nabire, Yap Marai. Dari Timor Leste, ada eks Falintil, pasukan klandestein Lere Anan Timor dan Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Falur.
Adapun dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM), adalah Panglima GAM Muzakkir Manaf dan Menlu GAM Irwandi Yusuf. "Bagi Kopassus, tambah Nuning, tidak memiliki musuh, namun musuhnya adalah musuh negara," kata Susaningtyas.