REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror menangkap Pimpinan Pondok Pesantren Tanfizul Al Quran Ustadz Basri, di Jalan Manuruki Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar pada Jumat (24/4) pagi. Pria itu ditangkap karena diduga terkait kelompok radikal ISIS.
Ketua RT 01/09 Kelurahan Sudian Raya Kec. Biringkanaya Arifudin menuturkan, Ustadz Basri dan pesantren Tanfizul Al-Quran tertutup dari masyarakat.
Tidak banyak hal yang mereka perlihatkan kepada masyarakat. Baik Ustadz Basri, maupun murid di pesantrem tak banyak memperlihatkan diri kepada masyarakat.
"Mereka tidak banyak bergaul dengan warga. Tapi mereka lebih sering melakukan acara dengan perkumpulannya sendiri. Ada juga bendera yang mirip sekali dengan ISIS yang mereka bawa," ujar Arifudin, Jumat (24/4).
Menurut Arifudin, Ustadz Basri sendiri dulunya sering melakukan ceramah di masjid sekitar warga. Namun karena banyak yang meresa ada kejanggalan, warga pun sedikit demi sedikit meninggalkan masjid tersebut.
Karena hal tersebut, Ustadz Basri memilih untuk mendirikan masjid di dekat pondok pesantren, walau sampai saat ini pengerjaannya belum selesai.
Selain itu, Arifudin juga sempat mendengar selentingan bahwa pondok pesantren ini kerap kali membayar siapapun yang ingin berjihad mengikuti langkah ISIS. Mereka rela membayar orang untuk menerbangkan masyarakat berjuang atas nama Islam.
Sementara salah satu pendamping di pondok pesantren Tanfizul Al-Quran Ustadz Mukhlis tidak ingin banyak berkomentar mengenai penangkapan Ustadz Basri. Dia hanya menjelaskan, bahwa anak Ustadz Basri yang ikut tertabrak saat disergap tim densus mengalami luka-luka.
Mukhlis juga menyebut, anak pondok pesantren dan keluarga Ustadz Basri sempat stres karena kejadian penangkapan ini. "Belum ada penjelasan sama sekali dari pihak manapun terkait penangkapan ini," kata dia.
Dari pantauan Republika, sejenak terlihat beberapa anak pondok pesantren sedikit jauh dari tempat kejadian. Mereka menggunakan baju hitam-hitam dan membawa bendera hitam mirip dengan bendera ISIS. Bahkan beberapa anak tersebut menggunakan penutup muka hitam layaknya seorang teroris.