REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Staf khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Said Didu mengatakan rencana pembubaran PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) bukan sebuah aksi balas dendam.
"Soal isu balas dendam dari Menteri ESDM (Sudirman Said) tidak ada karena kewenangan pembubaran ada di Kementerian BUMN. Ini hanya kebetulan," kata Said dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Jum'at.
Menurut pandangan Said, pada kasus ini Kementerian ESDM hanya berkepentingan pada upaya peningkatan efisiensi dari pengadaan dan penjualan BBM, karena terkait dengan kinerja kementerian tersebut.
Menteri ESDM menyambut baik rencana pembubaran Petral tersebut karena akan berdampak pada efisiensi BBM, jelasnya.
"Tidak pernah sama sekali Pak Sudirman ikut-ikutan menghidupkan ISC, ini memang karena kebetulan saja. Jadi jangan ada yang beranggapan ini balas dendam," tukas dia.
Dia menjelaskan, pembubaran Petral sebenarnya pernah dirancang pada 2006, dengan dibentuknya Integrated Supply Chain (ISC) di Pertamina atas kesepakatan dengan Kementerian BUMN untuk menggantikan peran Petral secara bertahap.
"Pimpinan ISC saat itu Pak Sudirman Said, berjalan sampai 2009. Tapi tahun itu distop dan Sudirman diberhentikan. Dia salah satu yg tergigit belut berbisa di kolam oli itu," ujarnya.
Kemudian, setelah ISC ditutup, Petral kembali beroperasi dengan normal, katanya.
Dia berpendapat, ketika Presiden Joko Widodo mengangkat Sudirman Said sebagai Menteri ESDM, muncul pandangan bahwa pemerintahan saat ini memilih orang yang berani melawan mafia migas.
"Kekompakan Kementerian ESDM, BUMN, dan Pertamina untuk menghadapi ini cukup kuat. Jadi saya berharap bahwa ide pembubaran ini jangan sampai kembali menjadi sejarah lama, gaungnya besar tapi tidak terwujud," tuturnya.