REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pidato Presiden Joko Widodo saat membuka peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika di Jakarta Convention Center, Rabu (22/4) menuai banyak pujian. Dalam pidatonya, Jokowi membahas kondisi politik terkini Asia-Afrika. Yang paling mengejutkan adalah kritikan Jokowi terhadap PBB dan menyebut lembaga tersebut perlu direformasi.
Setelah pidato itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengatakan pembuat pidato presiden adalah tim substantif yang terdiri dari Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan dirinya sendiri. Tim substantif pun dibantu tim dari Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara, dan Kantor Staf Kepresidenan.
Namun, pernyataan tersebut menuai kritikan. Ketua Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi Muhammad Yamin mengatakan seharusnya pihak yang berada di sekitar presiden bekerja secara lebih profesional.
"KAA ini momentum yang bagus. Namun, pembantu presiden jangan kekanak-kanakan, misalnya mengaku-ngaku menulis pidato. Bekerjalah profesional," katanya, Kamis (23/4).
Direktur Indonesian Politic Institute Karyono Wibowo mengatakan seharusnya tim pembuat pidato tak perlu membesar-besarkannya.
"Tim penyusunan pidato itu lazim, tapi jangan dibesar-besarkan," katanya.