Kamis 23 Apr 2015 00:40 WIB

WNI Ikut ISIS karena Kurang Paham Pancasila dan NKRI

Hamdi Muluk
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Hamdi Muluk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya Warga Negara Indonesia (WNI) ) yang pergi ke Timur Tengah dan bergabung dengan Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) disebut akibat pemahaman kurang tepat soal Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika mereka menghayati arti cinta Tanah Air, radikalisme dan kepergian mereka ke Suriah tidak akan pernah terjadi.

"Mereka itu ibarat kemasukan racun yang berupa radikalisme seperti ISIS. Penawar dan melawan racun itu adalah meyakinkan mereka bahwa NKRI yang berdasar Pancasila adalah terbaik dan bisa membawa kehidupan manusia yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofur yang arti harfiahnya adalah negeri yang sentosa, adil dan makmur di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun. Bahkan untuk berjihad di NKRI juga bisa, tetapi dengan jihad yang positif," ujar Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Hamdi Muluk MSi, Rabu (22/4).

Menurut Hamdi, mereka yang nekad pergi ke Suriah karena merasa tidak puas berada di Indonesia. Mereka berpikir di Indonesia sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa tinggal di negara utopis (khayalan) yang disebut negara Islam. Kondisi itu dipicu dengan keadaan negara kita yang masih karut marut ditambah korupsi yang masih merajalela, dan ketidakadilan, serta kelakuan pejabat yang tidak benar. 

"Itu membuat daya tarik Indonesia di mata mereka menjadi rendah sehingga mereka berbondong-bondong ingin ke sana. Apalagi ada jaminan masa depan yang dijanjikan ISIS," terang Hamdi.

Namun, lanjut Hamdi, jika berpikir jernih, mereka seharusnya sadar ISIS bukan negara impian mereka. Jika sadar dan kritis, seharusnya mereka tahu, ISIS itu bengis dan tidak mencerminkan sikap Islami. Hamdi malah menyebut ISIS itu sebenarnya adalah negara darurat dan tidak ada ketenteraman di sana.

Menurutnya, sebelum mereka pergi ke Suriah, pasti ada proses indoktrinasi, bahkan sebagian juga telah dibaiat. Inilah yang sekarang menjadi tugas seluruh bangsa Indonesia untuk membuat benteng antisipasi terhadap gerakan-gerakan radikalisme tersebut. 

Hamdi mengatakan, counter radikalisasi terus dilakukan seluruh masyarakat bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan badan-badan terkait lainnya.

"Intinya tugas kita bagaimana bisa menyaring para remaja agar tidak ikut pengajian yang berhaluan keras. Mereka harus punya rasa cinta Tanah Air yang tinggi serta pemahaman agama benar, terlebih remaja biasanya sangat mudah terkena rayuan karena pemahaman mereka masih sepotong-sepotong," ucap Hamdi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement