Rabu 22 Apr 2015 21:37 WIB

ICMI: Pidato Jokowi Langkah Maju Indonesia

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang bersama Perdana Menteri Palestina, Fariz Mehdawi (kiri) saat pertemuan bilateral kedua negara di Jakarta Convention Center, Selasa (21/4).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang bersama Perdana Menteri Palestina, Fariz Mehdawi (kiri) saat pertemuan bilateral kedua negara di Jakarta Convention Center, Selasa (21/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menyebut pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Peringatan ke-60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai langkah maju bagi bangsa Indonesia.

"Ini kemajuan bangsa Indonesia untuk berani tegas menghadapi dominasi global, jadi harus didukung dan diapresiasi," kata Sekretaris Jenderal ICMI M. Taufik, Rabu (22/4).

Dia mengatakan pidato Jokowi menjadi sejarah tersendiri yang layak dicatat mengingat dalam beberapa dekade terakhir belum pernah terjadi pimpinan di Indonesia berbicara keras terkait dominasi negara-negara maju terhadap negara dunia ketiga.

Terlebih pidato bernada protes itu disampaikan dalam forum berskala internasional yang dihadiri banyak pimpinan negara-negara dunia.

"Ini cermin sikap Presiden yang mewakili bangsa kita dalam menyikapi isu-isu global sekaligus menegaskan visi untuk bisa berdaulat, mandiri, dan bergotong royong tanpa ketergantungan yang berlebihan terhadap negara-negara maju termasuk lembaga keuangan dunia mulai dari Bank Dunia, IMF, dan ADB," katanya.

ICMI juga mendorong komitmen Pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina dalam forum tersebut.

"Ini adalah hutang terbesar kita untuk bangsa Palestina sejak 60 tahun lalu, kita harus bisa memanfaatkan kesempatan di forum ini," katanya.

Dalam pidatonya di forum KAA 2015, Presiden Jokowi secara tegas menyerukan negara Asia-Afrika untuk mendukung kemerdekaan Palestina.

Presiden juga mendorong reformasi PBB, meningkatkan kerja sama untuk menghadapi tantangan global, dan tidak hanya bergantung pada lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, IMF dan ADB.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement