REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Koperasi Lasminingrat Gemstone Garut resmi menyerahkan secara simbolik liontin yang terbuat dari batu Pancawarna untuk cinderamata bagi para ibu negara Asia Afrika yang menghadiri perongatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Kota Bandung. Liontin yang dihibahkan secara gratis oleh masyarakat Garut ini memiliki nilai jual yang ternyata cukup tinggi.
"Biasanya kami tawarkan dengan harga Rp 15 juta per satu buahnya," ujar Ketua Koperasi Lasminingrat Yudi Nugraha saat ditemui di Graha Manggala Siliwangi Bandung, Rabu (22/4).
Liontin berukuran 3,5 cm dari batu Pancawarna terbaik itu memiliki warna dominan cokelat dengan berbagai warna lain yang melengkapi. Liontin dengan ketebalan 8 mm tersebut terlihat lebih menarik karena diikat dengan perak dan titanium.
Selain itu, tali yang melengkapi liontin tersebut juga dibuat khusus dari kulit domba asli garut. Karena itu, tidak heran jika harga jual dari liontin bersertifikat tersebut dibandrol dengan harga tinggi.
Liontin batu Pancawarna tersebut dibuat sebanyak 109 buah sesuai dengan jumlah negara Asia Afrika. Batu tersebut awalnya merupakan satu bongkah besar batu Pancawarna seberat 60 kg. Yudi menyatakan, untuk membeli 60 kg dari penggali, dibutuhkan budget sekitar Rp 300 juta.
Pengerjaan liontin ini dilakukan selama 10 hari dengan rincian tujuh hari untuk prpses pembelahan hingga pemolesan, dan tiga hari untuk proses pengikatan, pengemasan dan pemberian sertifikat. Pengerjaan liontin ini juga melibatkan 10 orang pengrajin. Empat pengrajin berasal dari Koperasi Lasminingrat dan enam lainnya berasal dari luar. Yudi mengaku keseluruhan proses pembuatan liontin ini menghabiskan sekitar Rp 450-500 juta.
"Dari bongkahan seberat 60 kg itu yang kita bisa manfaatkan sekitar 20-25 persen," jelasnya
Yudi menjelaskan batu pancawarna menyimbolkan Bhinneka Tunggal Ika yang dijunjung tinggi oleh Indonesia, yaitu berbagai perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan. Selain itu, pancawarna juga menjadi simbol Konferensi Pancanegara yang melahirkan Konferensi Asia Afrika. Konferensi Pancawarna saat itu hanya dihadiri oleh lima negara pelopor KAA.