REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi Asia Afrika pertama digelar di Indonesia pada April 1955. Saat itu, Soekarno sebagai Presiden RI yang pertama, mengajak bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk berdiri bersama melawan penjajahan dan kolonialisme.
Setengah abad kemudian, tepatnya pada 2005, KAA kembali digelar di Indonesia. Kali ini, Indonesia dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Berbeda dengan Soekarno, pada kesempatan itu SBY mengajak negara-negara yang hadir untuk membantu dan mendukung Palestina untuk mendukung kemerdekaan, kebebasan, dan keadilannya.
Selain itu, SBY juga mengingatkan pentingnya menciptakan Good Governance (pemerintahan yang baik) dalam menjalin hubungan kemitraan.
"Melalui kemitraan ini, kita akan berkumpul bersama dengan sumber daya yang luas dengan energi kreatif yang luar biasa hebat dari Asia dan Afrika, untuk menyelesaikan beberapa masalah pembangunan yang sering kita hadapi," tutur SBY pada KAA 2005 lalu.
SBY juga menambahkan kemitraan ini akan membuat negara-negara Asia dan Afrika semakin memiliki potensi ekonomi. "Melalui kemitraan, kita akan berkontribusi signifikan untuk menaklukkan kemiskinan, sebagai siksaan konstan atas kondisi manusia. Dan melalui kemitraan, kita akan memajukan perdamaian, kemakmuran yang seimbang, dan keadilan sosial," ungkapnya.