REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan perlu koordinasi serius terkait penanganan permasalahan di Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, khususnya mengenai keberadaan penduduk liar yang bermukim di pulau "penjara" itu.
"Sudah, kita urus nanti. Itu memang harus dengan nasional karena wilayahnya Kemenkumham (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia)," kata Ganjar usai menghadiri pergelaran "Banyumas Extravaganza 2015" di Alun-alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas,Ahad (19/4).
Disinggung mengenai keterbatasan personel Kemenkumham sehingga kesulitan untuk menangani penduduk liar, dia mengatakan bahwa tidak ada kesulitan di Nusakambangan.
"Siapa bilang kesulitan? Enggak, enggak ada. Cuma perlu koordinasi yang lebih serius saja, diprioritaskan menjadi lebih serius," katanya.
Seperti diwartakan, keberadaan Pulau Nusakambangan yang seharusnya steril dari berbagai aktivitas selain pembinaan warga binaan pemasyarakatan mulai terusik dengan masuknya penduduk liar yang bermukim di pulau itu.
Bahkan, di wilayah Selok Jero yang berada di ujung barat Pulau Nusakambangan, saat ini telah dibangun sebuah masjid milik kelompok aliran Salafi Wahabi.
Keberadaan kelompok tersebut sempat dikabarkan sebagai bagian dari aliran garis keras pendukung terpidana kasus terorisme Ustaz Abu Bakar Ba'asyir yang dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Nusakambangan, maupun pengikut paham "Islamic State in Iraq and Syria" (ISIS).
Akan tetapi, tudingan tersebut dibantah oleh Kepala Kepolisian Resor Cilacap Ajun Komisaris Besar Polisi Ulung Sampurna Jaya yang sempat mendatangi Selok Jero maupun menerima kunjungan balasan dari para tokoh Salafi.
"Salafi, dari hasil pengamatan saya langsung turun ke sana (Selok Jero di Pulau Nusakambangan bagian barat, red.), tidak ada masalah, mereka tidak melakukan seperti yang kita perkirakan. Mereka juga menentang tindakan yang dilakukan ISIS dan mereka juga akan mem-'back up' Polri," kata Kapolres di Cilacap, Selasa (14/4).
Dia mengatakan bahwa kelompok Salafi berada di Selok Jero, ujung barat Pulau Nusakambangan, yang sebenarnya merupakan tanah timbul hasil sedimentasi Segara Anakan.
"Mereka justru sekarang ini tergantung kita. Kita kalau mau memakai mereka itu dengan baik, mereka menjadi benteng bagi kita karena setiap ada apapun yang masuk lewat situ, mereka akan menginformasikan ke kita," katanya.
Menurut dia, tokoh-tokoh Salafi itu juga siap membentengi santri-santri mereka agar tidak terjerumus masuk ke dalam aliran ISIS.
Sementara itu, Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kemenkumham Jateng Yuspahruddin mengatakan bahwa pihaknya kekurangan personel untuk mengamankan Pulau Nusakambangan khususnya dari penduduk liar."Kami kekurangan tenaga untuk melarang itu (penduduk liar)," katanya.
Terkait keberadaan masjid di wilayah Selok Jero, dia mengatakan bahwa pihaknya menyerahkan sepenuhnya masalah tersebut kepada aparat TNI/Polri. "TNI/Polri sudah tahu. Silakan, langkah-langkah apa yang akan dilakukan oleh TNI/Polri," katanya.
Menurut dia, pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk mengawasi keberadaan masjid yang sempat dikabarkan milik kelompok garis keras atau radikal.
Ia mengatakan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan TNI/Polri dalam pengamanan Pulau Nusakambangan agar tetap steril.