REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Asrama Arbithah Attarbiyyah Al Islamiyyah yang menjadi tempat tinggal mahasiswa Sumatra Barat (Sumbar) terkena rudal dan hancur sebagian, akibat konflik yang terjadi di Aden, Yaman.
Salah satu mahasiswa asal Kota Padang, Asyam Hafizh menuturkan, pascakepergiaannya dan rekan-rekan dari Yaman, terjadi perang besar di sekitar asrama.
"Kabar terakhir yang saya dapat dari syeh di sana, bangunan di sebelah masjid (asrama) itu bolong karena kena rudal atau tembakan tank," katanya di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Sabtu (18/4) malam.
Hafizh mengaku bersyukur dapat kembali ke Tanah Air. Dia menuturkan, pada 12 April, ketua mahasiswa Indonesia di Yaman meminta para mahasiswa untuk bersiap-siap, sebab kapal evakuasi sampai di Aden. Namun, tiba-tiba pukul 08.00 waktu Yaman, terdengar dentuman bom yang diperkirakan milik pemerintahan Arab Saudi, jatuh tak jauh dari asrama.
Ia mengatakan, harapan untuk evakuasi tiba-tiba sirna, sebab lima menit pascaledakan pertama, terdengar dentuman bom kedua. Akhirnya, kata Hafizh, para mahasiswa terpaksa menetap di asrama. Karena kemungkinan, evakuasi batal untuk yang kesekian kalinya.
Sekitar tiga jam kemudian, tukang masak asrama meminta para mahasiswa bersiap-siap kembali. Pasalnya, bus telah menunggu para mahasiswa menuju ke pelabuhan.
Setibanya di pelabuhan, karena situasi kurang aman, para mahasiswa terpaksa menunggu sampai esok hari, 13 April. Mereka bersama-sama PMI Internasional menyewa hotel yang tak jauh sari pelabuhan. "Perjalanan ke pelabuhan aman, cuma di pelabuhan ada perang besar. Kami dialihkan ke pelabuhan Mina di samping (yang utama)," ujar Hafizh.
Dia bersama rombongan menuju Djibouti, negara bagian Afrika Timur menggunakan kapal kayu. Ia mengatakan perjalanan selama 20 jam perjalanan di tengah laut sangat menantang adrenalin. "Kapal tak terlalu baik, kapal Nuh lah, membawa mahasiswa Malaysia, Indonesia dan Thailand," ungkapnya.
umi nur fadhilah