Jumat 17 Apr 2015 09:55 WIB

Adegan Pesta Miras di Film Dorong Kebiasaan 'Minum' Remaja

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Minuman beralkohol dijual di salah satu minimarket di Jakarta, Kamis (27/3).
Foto: Republika
Minuman beralkohol dijual di salah satu minimarket di Jakarta, Kamis (27/3).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah penelitian dilakukan terhadap lima ribu remaja berusia 15 tahun ke atas di Inggris. Salah satu hasilnya adalah remaja-remaja ini paling mungkin mencoba minum minuman beralkohol (mikol) atau ikut pesta minuman keras setelah menonton adegan serupa di dalam film.

Peneliti dari the School of Oral and Dental Sciences di Bristol, Andrea Waylen mengatakan mereka memperhitungkan sejumlah faktor pergaulan remaja dan anak-anak yang menjadi obyek penelitian. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian serupa yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa.

"Remaja-remaja terdorong rasa ingin tahunya untuk mencoba mikol setelah menonton adegan-adegan serupa di dalam film, khususnya adegan pesta minuman keras dan masalah-masalah yang berhubungan dengan alkohol," ujar Waylen, dilansir dari Reuter, Jumat (17/4).

Waylen menganalisis data studi jangka panjang dari anak-anak di Bristol. Lebih dari lima ribu anak disuruh memilih 50 film populer yang pernah mereka tonton secara acak. Peneliti kemudian manganalisis adegan penggunaan alkohol yang muncul dalam setiap film.

Hasilnya? Remaja yang paling sedikit terpapar mikol menonton adegan serupa selama 27 menit secara total. Kelompok tertinggi berikutya telah melihat selama 28-44 menit, kemudian 45-63 menit, dan mereka yang terpapar mikol tertinggi menonton lebih dari 63 menit.

Peneliti juga meminta anak-anak tersebut untuk menjawab pertanyaan pribadi tentang konsumsi mikol mereka, seperti berapa banyak mereka minum saat ini, sesering apa mereka ikut pesta minuman keras, dan informasi terkait masalah yang mereka hadapi di sekolah, termasuk pernahkah mereka dibawa ke kantor polisi karena menimbulkan masalah setelah mengonsumsi mikol. Peneliti juga memperhitungkan kebiasaan minum orang tuanya, serta faktor ekonomi sosial si anak.

Hasilnya? Anak-anak dengan paparan tertinggi dari adegan di film berpotensi mengonsumsi alkohol dua kali lebih banyak dalam sepekan dibanding anak yang paparannya rendah. Dr Reiner Hanewinkel dari the Institute for Therapy and Health Research di Kiel, Jerman mengatakan paparan alkohol di film harus diseleksi.

"Sebab adegan itu lebih banyak menunjukkan kekerasan sehingga anak-anak bisa mengambil kesimpulan lain setelah menonton film itu," kata Hanewinkel.

Ia menambahkan bahwa orang tua harus proaktif mengomunikasikan kepada anaknya terkait pro dan kontra dari penggunaan mikol. Mereka harus memberikan pendidikan yang tepat, jika perlu melakukan pembatasan.

"Mikol memiliki efek buruk bagi kehidupan, tidak hanya untuk peminumnya, melainkan juga keluarga dan masyarakat," kata Hanewinkel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement