Senin 13 Apr 2015 16:25 WIB

TNI AU Akhiri Masa Tugas Satgas Percepatan Evakuasi WNI di Yaman

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Julkifli Marbun
Prajurit TNI AU memeriksa WNI yang akan dievakuasi dari Yaman.
Prajurit TNI AU memeriksa WNI yang akan dievakuasi dari Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI AU secara resmi telah mengakhiri masa tugas Satgas Percepatan Evakuasi WNI di Yaman. Akhir masa tugas itu pun ditandai dengan mendaratnya Pesawat Boeing 737-400 di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Senin (14/3).

Menurut Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU, Marsma TNI Hadi Tjahjanto, secara resmi masa tugas TNI AU dalam Satgas Percepatan Evakuasi WNI di Yaman telah selesai pada hari ini, Senin (14/3). Hal ini berdasarkan surat tugas yang diterima TNI AU untuk proses evakuasi WNI tersebut.

Hadi menambahkan, surat tugas kepada TNI AU itu sebenarnya berakhir pada 9 April mendatang, namun sempat diperpanjang hingga hari ini. ''Dalam surat tugas itu, masa tugas kami terhitung dari tanggal 2 April hingga 9 April lalu, tapi sempat diperpanjang hingga akhirnya sampai hari ini,'' kata Hadi kepada Republika.

Selama kurang lebih 12 hari masa tugas, TNI AU telah menurunkan sekitar 22 personil. Sementara untuk pesawat, TNI AU telah menggunakan Pesawat Boeing 737-400 demi bisa melakukan evakuasi seluruh WNI yang berada di Yaman. Namun, Hadi mengakui, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk kembali terlibat dalam proses evakuasi WNI dari Yaman.

Menurutnya, TNI AU sifatnya masih akan menunggu permintaan dari pihak Kementerian Luar Negeri untuk bisa kembali menjalankan operasi tersebut. Jika Kemenlu menyatakan masih membutuhkan bantuan, maka pihak TNI AU, ungkap Hadi, akan selalu siap untuk memberikan perbantuan.

Hadi menambahkan, keputusan bakal adanya operasi lanjutan juga bakal melihat kondisi keamanan di Yaman, yang saat ini dinilai masih belum kondusif. Nantinya, pihak Kemenlu juga akan melakukan penilaian terkait kondisi di Yaman dan menunggu operasi jeda kemanusiaan. Kemudian jika masih dianggap perlu, Kemenlu akan berkoordinasi dengan TNI AU untuk menjalankan operasi evakuasi tambahan.

Jika sebelumnya TNI AU mengirimkan pesawat Boeing 737-400, maka untuk bisa kembali terjun dalam operasi evakuasi, TNI AU bisa saja menurunkan jenis pesawat lainnya. ''Nanti disesuaikan saja dengan kebutuhan, dan kami masih akan menunggu koordinasi dari pihak Kemenlu,'' ujar Hadi.

Hadi mengakui, secara keseluruhan ijin mendarat atau flight clearance dari otoritas Arab Saudi masih menjadi kendala utama dalam upaya evakuasi. Memang, sejak melancarkan serangan udara di Yaman, Arab Saudi menguasai wilayah udara di Yaman. Bahkan, pesawat TNI AU sempat menunggu selama hampir dua setengah jam untuk bisa mendarat secara aman di wilayah-wilayah perbatasan Arab Saudi dan Yaman.

Sementara Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengakui, kesuksesan operasi percepatan evakuasi WNI di Yaman ini berkat kerjasama yang baik antara kementerian dengan lembaga-lembaga terkait, termasuk TNI AU. Lebih lanjut, Retno menyebutkan, misi utama pmerintah Indonesia di Yaman adalah memastikan keselamatan WNI di Yaman dan membawanya ke tempat yang lebih aman, seperti perbatasan Arab Saudi dan perbatasan Oman.

Retno menyebut, setidaknya sudah ada 1002 WNI yang berhasil dipulangkan dari Yaman. ''Sedangkan sekitar 1795 WNI sudah berhasil dikeluarkan dari Yaman. Sementara masih ada 793 WNI yang berada di Salalah dan Djibouti,'' kata Menlu usai menyambut kedatangan Pesawat Boeing 737-400 yang mengakut 91 WNI dari Yaman di Halim Perdanakusumah, Senin (13/4).

Retno mengakui, kondisi keamanan di Yaman masih menjadi salah satu kendala terbesar dalam proses evakuasi WNI. Bahkan, untuk saat ini, masih ada 112 WNI yang berada di Pelabuhan di Teluk Aden. WNI tersebut rencananya akan dievakuasi lewat kapal laut dari Teluk Aden menuju Pelabuhan Djibouti di Afrika Timur.

Selain dihadiri Menter Luar Negeri, acara penyambutan kedatangan pesawat Boeing 737-400 itu juga dihadiri oleh Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Agus Supriatna. Pesawat Boeing 737-400 itu juga mengangkut 91 WNI, termasuk satu bayi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement