REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf menilai pernyataan Sekjen Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhyono atau kerap disapa Ibas terlalu berlebihan dalam merespon pecah belahnya partai. Ibas menyindir Menkumham Yasonna Laoly yang mengesahkan kepengurusan PPP dan Golkar yang mendukung pemerintahan Jokowi-JK.
Maswadi menilai, pecah belah partai bukan persoalan pemerintah. Namun, hal tersebut adalah kesalahan partai sendiri. "Orang yang menyebut kalau perpecahan partai karena pemerintah adalah orang yang tidak tahu diri. Perpecahan partai akibat partai tidak bisa menyelesaikan persoalan internal," ujar Maswadi saat dihubungi Republika, Senin (13/4).
Partai Demokrat pun dinilai Maswadi tidak mudah digoyah dengan perpecahan politik, seperti PPP ataupun Golkar. Sebab, saat ini Demokrat masih memiliki figur kuat seperti SBY. Kaderisasi yang dibentuk Demokrat pun cukup solid. Itu terbukti meski ada gesekan dalam partai tidak merubah niatan kader untuk memecah-belah partai.
Jika pun ada gerakan politis untuk membawa arah partai pada pro pemerintah hal tersebut tidak sampai pada perpecahan partai yang membuat partai menjadi kubu sengit. Kalaupun ada perubahan arah niat dari kader hal tersebut akan hanya terjadi di Internal, tidak sampai mencuat ke permukaan.
Dalam waktu dekat Demokrat akan menggelar kongres untuk memilih ketua umum. Nama SBY mulai mencuat untuk memimpin partai berlambang Mersi ini. Namun, banyak pihak juga memprediksi nasib Demokrat akan sama dengan partai Golkar dan PPP sebab timbulnya barisan sakit hati, seperti loyalis Anas Urbaningrum dan sosok Marzuki Alie.