REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) menilai Wakil Presiden Jusuf Kalla lamban dalam merespon persoalan di negeri ini. Pakar Komunikasi Politik Unhas, Hasrullah, menilai kritikan para alumni memang sesuai kenyataannya pada saat ini.
JK tidak lagi responsif seperti dulu saat bersama pasangannya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada waktu itu, SBY banyak memberikan kesempatan kepada JK untuk berimprovisasi. Namun saat ini, keadaanya sangat berbeda.
"Kita lihat dalam beberapa kesempatan Jokowi selalu bilang saya lebih cepat dari JK. Padahal slogan JK yang terkenal adalah lebih cepat lebih baik," kata Hasrullah.
Selain itu, dari sisi lingkaran kekuasaan politiknya, JK sekarang seolah dikepung oleh PDIP, partai penguasa yang mengusung Jokowi.
Sehingga, penentuan pejabat penting dari menteri hingga pejabat setingkat direktur jenderal, harus mendapatkan restu dari PDIP.
"Kalau dulu tidak. SBY dalam memilih pejabatnya melalui diskusi dulu dengan JK," kata Hasrullah.
Menurut Hasrullah, dari sisi kemampuan kepemimpinan personal, hingga saat ini JK tidak memiliki masalah. Sehingga, ia membantah adanya anggapan bahwa faktor usia yang membuat JK tak seresponsif dulu.
Sikap responsif Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam situasi nasional belakangan dinilai tak seperti dulu. JK dinilai tak secepat saat menjabat wakil presiden pada periode 2004-2009 untuk mengatasi berbagai masalah kebangsaan..
"Banyak kegalauan dari para alumni soal JK yang biasanya selalu responsif, bekerja lebih cepat lebih baik. Kami semua bertanya-tanya ada apa dengan bapak yang kami cintai ini," kata Ketua Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) Jabodetabek Abdul Razak Wowo dalam acara pelantikan Pengurus Ikatan Alumni Unhas Korwil Jabodetabek di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (10/4).
Wowo mengatakan, saat ini JK selalu berdiam diri melihat permasalahan kebangsaan saat ini. Biasanya bergerak lebih cepat, lebih baik."Rasanya tidak seperti bapak (JK)," katanya.