Kamis 09 Apr 2015 08:51 WIB

Tulisan Provokatif Program Pemurtadan di Aceh Dikecam

Masjid dan gereja berdiri berdampingan di Nusa Dua Bali simbol kerukunan di Indonesia
Foto: Musiron Republika
Masjid dan gereja berdiri berdampingan di Nusa Dua Bali simbol kerukunan di Indonesia

EPBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Sejumlah pemuka ataupun pendeta Kristen di Provinsi Aceh mengecam tulisan provokasi berjudul 'Program misionaris dan Kristenisasi' di provinsi ujung barat Indonesia tersebut.

"Kami mengecam tulisan provokasi tersebut. Tulisan itu ditulis Gusti Ilham Ramadan, yang mengaku dan mantan pendeta dan kini mengaku mualaf serta menjadi ustad," kata Idaman Sembiring, pendeta Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB), di Banda Aceh, Kamis (9/4).

Dalam tulisan Gusti Ilham Ramadan tersebut, kata dia, disebutkan bahwa ada belasan warga pribumi Aceh menjadi pendeta dan siap menjalankan program misionaris serta Kristenisasi di Provinsi Aceh. Selain itu, yang bersangkutan dalam setiap ceramahnya menyebutkan produk rumah merek Tupperware haram digunakan karena terbuat dari minyak babi serta uang hasil penjualan produk tersebut disisihkan membangun gereja.

"Apa yang disampaikan Gusti Ilham Ramadan tersebut tidak benar. Semua yang ditulisnya penuh kebohongan belaka. Tidak ada warga Aceh yang menjadi pendeta dan tidak ada program misionaris serta Kristenisasi di Provinsi Aceh," tegas Idaman Sembiring.

Selain itu, kata dia, Gusti Ilham Ramadan ini juga mengaku pernah menjabat sebagai Presiden Misionaris dan menjadi pendeta terbesar di Asia. Padahal, tidak ada Presiden Misionaris dan pendeta terbesar di Asia. Didampingi sejumlah pemuka dan pendeta Kristen, Idaman Sembiring menyebutkan tulisan tersebut dan apa yang dilakukan Gusti Ilham Ramadan tersebut telah mengganggu kerukunan umat beragama di Provinsi Aceh.

Karena itu, pihaknya mengimbau seluruh umat beragama di Aceh tidak terprovokasi.Idaman mengatakan, pihaknya sudah mengadukan masalah ini kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh serta Komite Penguatan Aqidah dan Pengamalan Agama Islam (KPA-PAI) Kota Banda Aceh.

"Pengaduan ini agar tidak terjadi selisih paham antarumat beragama. Apalagi selama ini kerukunan umat beragama di Aceh sudah terjalin dengan baik," kata Idaman Sembiring.

Sementara itu, Ketua Investigasi KPA-PAI Ustad Tarmizi mengatakan pihaknya sudah menerima pengaduan dan keresahan para pemuka serta pendeta Kristen tersebut. Dari pengaduan tersebut, pihaknya melakukan investigasi."Hasilnya, Gusti Ilham Ramadan ini seorang mualaf, yang data dirinya berganti-ganti. Orang yang berganti-ganti nama tersebut tidak jujur dan penuh kebohongan," ungkap dia.

Yang bersangkutan mengaku profesor doktor, padahal hanya tamatan SMA. Yang bersangkutan juga mengaku ustad dan berceramah di hampir di seluruh Aceh. Tapi, dia selalu menjelek-jelekkan Tupperware, kata Ustad Tarmizi.Oleh karena itu, sebut Ustad Tarmizi, pihaknya menyarankan kepada pemuka dan pendeta Kristen melaporkan permasalahan tersebut ke penegak hukum, sehingga bisa diproses secara hukum.

Riza Maulizar, distributor Tupperware Aceh, mengatakan, apa yang disampaikan Ustad bernama Gusti Ilham Ramadan tersebut sudah meresahkan konsumen produk rumah tangga tersebut."Ustad itu dalam setiap dakwanya menyebutkan Tupperware produk haram. Akibatnya, banyak konsumen membakar Tupperwarenya. Padahal, Tupperware sudah mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia atau MUI," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement