REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj meminta para kader NU yang tergabung dalam Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Yaman untuk pulang ke Indonesia mengingat kondisi keamanan yang tidak menentu."Walaupun di Tarim masih aman, tapi kalau ada peluru nyasar berisiko," kata Said Aqil di Jakarta, Senin (6/4).
Sementara itu Ketua PCINU Yaman Arman Malieky, yang juga mahasiswa tingkat empat Universitas Al Ahgaff di Tarim, meminta para pengurus PBNU mengupayakan jaminan mereka bisa kembali menempuh pendidikan di Yaman sepulang dari Tanah Air.
"Kami bersedia dipulangkan, asalkan kita juga dijamin untuk dikembalikan lagi ke Yaman," kata Arman melalui surat elektronik yang ditujukan kepada PBNU, Senin.
Arman mengatakan, pihaknya menyadari perkembangan situasi di Yaman tidak kondusif dan evakuasi merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan.
"Kami memang harus menentukan pilihan. Kami minta PBNU, para ulama di Indonesia, rekan-rekan PCI se dunia, bisa membantu agar aspirasi kami bisa tersalurkan ke Pemerintah Indonesia," katanya.
Arman mengungkapkan, permintaan jaminan dikembalikan ke Yaman didasarkan pada kondisi perekonomian. Menurut dia, sekitar 1.500 mahasiswa Indonesia di Yaman akan terbengkalai pendidikannya jika Pemerintah Indonesia tidak mampu memberikan jaminan pemulangan kembali ke Yaman.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakukan evakuasi terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman, seiring terjadinya penyerangan terhadap milisi Syiah Houthy oleh koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi.
Kepada tim khusus percepatan evakuasi dari Kemenlu yang dipimpin Yusron Bahauddin Anwari, Minggu (5/4), Hanif Al Atthas, mahasiswa tingkat tiga Fakultas Syariah Universitas Al Ahgaff, juga menyampaikan permintaan jaminan dikirim kembali ke Yaman sepulang dari Indonesia.