Kamis 02 Apr 2015 21:41 WIB

JK: Pelabuhan Cilamaya Dipindah karena Berbahaya

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ilham
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemerintah membatalkan rencana membangun pelabuhan di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menyatakan pembangunan pelabuhan tersebut hanya dipindahkan ke wilayah di daerah Timur seperti area Subang atau Indramayu, Jawa Barat.

"Bukan dibatalkan, dipindahkan lebih ke Timur, karena di depan Cilamaya itu banyak pipa-pipa yang kalau kita di situ menganggu dan berbahaya dari sisi lalu lintas laut," jelas JK di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (2/4).

Lebih lanjut, JK mengatakan, proyek pembangunan pelabuhan Cilamaya bahkan belum memiliki tehnis pembangunan yang lebih detail. "Cilamaya itu detail engineeringnya belum ada," tambah dia.

Meskipun pembangunan pelabuhan ini akan dipindahkan, nilai investasi pembangunan tak akan jauh dari nilai proyek sebelumnya. Pemerintah pun nantinya akan membuka tender proyek pelabuhan ini. 

Menurut JK, jika pembangunan pelabuhan ini tetap dilanjutkan maka justru hanya akan membahayakan lingkungan sekitarnya serta menimbulkan kerugian negara yang lebih besar. "Iya, tapi lebih berbahaya kalau kita lanjutkan. Kerugiannya bisa lebih besar kalau dilanjutkan," jelas Kalla.

Salah satu alasan pemerintah memutuskan untuk menghentikan pembangunan ini yakni pertimbangan dampak terhadap produksi migas dan gas. "Oh, banyak karena itu menganggu produksi minyak di daerah itu, produksi gas di daerah itu," kata JK.

Pengumuman dibatalkannya pembangunan pelabuhan di Cilamaya ini disampaikan saat JK melakukan kunjungan ke Cilamaya, Kamis (2/4).

Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam menjelaskan, keputusan pemerintah ini diambil setelah JK dan jajarannya diberikan paparan data dan informasi terkait hambatan dalam proyek Cilamaya, khususnya dampak terhadap produksi migas oleh Pertamina ONWJ.

"Rapat dipimpin oleh Pak JK dan setelah mendapat semua informasi baik data bawah permukaan dan kegiatan produksi dan pengembangan ke depan, serta platform ke depan, dan juga beberapa perkembangan safety menyimpulkan bahwa rencana pembangunan pelabuhan dipindah ke tempat yang lebih safe di arah timur," jelas Syamsu.

Menurut Syamsu, daerah seperti Subang dan Indramayu dipertimbangkan lantaran daerah tersebut belum padat akan infrastruktur migas. Selain itu, di wilayah tersebut dinilai lebih aman untuk pembangunan pelabuhan.

Pertamina sendiri, kata Syamsu, telah melakukan study lapangan dan kelayakan di sembilan titik rencana lokasi pelabuhan. Berdasarkan penelitian tersebut, daerah Subang dan Indramayu dinilai belum terlalu sibuk wilayah perairannya serta memiliki koridor pelayaran lebih luas.

Selama ini, Pertamina menentang keras rencana pembangunan Pelabuhan di Cilamaya. Sebab, di wilayah perairan Cilamaya terdapat rangkaian distribusi pipa gas milik Pertamina ONWJ serta sejumlah rig lepas pantai milik Pertamina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement