REPUBLIKA.CO.ID, BATUAGA -- Beras untuk rakyat miskin (raksin) yang disalurkan di Pulau Kadatua, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra), tidak layak dikonsumsi. Sebab, kondisi beras sudah rusak dan berbau tidak sedap.
"Raskin yang diterima warga kami di Pulau Kadatua pada penerimaan beras bulan Maret ini tidak layang dikonsumsi karena kondisinya sudah rusak, tampak seperti pakan ternak," kata Kepala Desa Uwe Maasi, Pulau Kadatua La Ode Nafaruddin di Kadatua, Senin (30/3).
Selain warna berasnya sudah tampak usang dan berbau tidak sedap, di dalam karung beras juga terdapat banyak kutu. Tak hanya itu, biji beras juga banyak yang patah, bercampur padi dan banyak sekam atau kulit pagi.
"Untuk bisa dikonsumsi, warga terpaksa mencampur raskin dengan beras lain yang kualitasnya lebih baik sehingga bau dan rasa nasinya menjadi layak dikonsumsi," katanya menjelaskan.
Ia mengakui pihak Badan Urusan Logistik (Bulog) Baubau membolehkan para kepala desa mengganti beras yang kondisinya rusak tampak seperti pakan ternak tersebut. Namun, untuk mengembalikan beras tersebut dari Pulau Kadatua ke gudang Bulog di Kota Baubau kata dia, biaya angkutannya cukup besar, hampir sama dengan nilai beras yang akan didapat.
"Makanya, kita salurkan saja beras murah seharga Rp 1.600 per kg itu, biar warga penerima yang bisa mecari cara untuk bisa mengonsumsi beras itu," katanya.
Di Pulau Kadatua, rata-rata beras miskin yang diterima warga miskin tampak kusam dan kondisinya sudah hampir rusak.
Selain itu, warna beras sudah tampak kusam, aroma beras juga berbau tidak sedap.