Rabu 25 Mar 2015 19:21 WIB

Warga tak Mampu Harapkan Raskin Tetap Ada

Pekerja mengangkut beras miskin (raskin) untuk didistribusikan ke warga (ilustrasi).
Foto: Antara/Aco Ahmad
Pekerja mengangkut beras miskin (raskin) untuk didistribusikan ke warga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Aminah, warga Rangkasbitung, Lebak, Banten mengaku terbantu penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) untuk mencukupi ketersedian pangan. Ia berharap, penyaluran raskin sebaiknya tidak diganti dengan uang.

Apalagi, kata dia, harga beras relatif tinggi. "Kami menembus raskin sebesar Rp 25 ribu untuk 15 kilogram mencukupi kebutuhan makan selama 14 hari," kata perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, Rabu (25/3).

Jika bantuan beras itu dikonversi dengan uang, menurutnya dipastikan harga eceran melonjak. Sehingga warga tidak mampu membelinya.

"Saya kira percuma saja diganti uang dan jika harga beras mahal, sama saja, nilainya tidak akan cukup. Kalau saya, lebih bagus beras, masih sangat membantu," ujarnya.

Kepala Sub Bagian Sarana dan Pembinaan Perkonomian Rakyat Sekretariat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak, Dani Hendraman menyebutkan pada 2015 jumlah penerima raskin Kabupaten Lebak tercatat 118.036 kepala keluarga dengan pagu sebanyak 21.246 ton.

Selama ini pendistribusian raskin berjalan lancar dan tidak ada masalah. Sehingga berdampak terhadap penyerapan untuk membantu pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Ia mengaku hingga kini belum menerima laporan warga miskin di Kabupaten Lebak kelaparan maupun rawan pangan. Pendistribusian raskin dari aparat desa hingga titik bagi pada lingkungan warga dilakukan dengan tepat sasaran.

"Kami yakin raskin bisa memenuhi kebutuhan pangan bagi warga miskin," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement