REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ahli arsitektur Nusantara Ir Yori Antar dan ahli eksperimen desain arsitektur futuristik Ir Budi Pradono menyatakan arsitektur Nusantara telah digandrungi bule.
"Ironisnya, kita justru membangun rumah rasa Eropa, Timur Tengah, Tiongkok, padahal itu berarti kita mengimpor bahan produk kapitalis," kata ahli arsitektur Nusantara Ir Yori Antar IAI di Surabaya, Jumat (20/3).
Di sela menjadi juri lomba desain arsitektur bertema "Visionary Bamboo Architecture" yang digelar Prodi Arsitektur Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, ia memuji mahasiswa Petra yang "berani" menampilkan bambu.
"Acara Petra ini menggembirakan, karena kita jangan sampai kedahuluan bule-bule Eropa yang mengembangkan bambu untuk material bangunan di Bali, atau bule Italia yang membeli kawasan wisata di Labuhan Bajo," katanya.
Menurut dia, kegandrungan bule pada arsitektur tradisional Nusantara itu karena ingin kembali ke alam dan tren dunia saat ini memang pada "green", sedangkan Indonesia itu merupakan "gudang" dari "green building".
"Arsitektur Barat itu berkaitan dengan industri kaca, beton, baja, keramik, aluminium, sedangkan arsitektur tradisional Nusantara itu berkaitan dengan alam dan perajin, seperti kayu, rotan, bambu," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap kalangan perguruan tinggi, khususnya prodi arsitektur, hendaknya memelopori pembelajaran arsitektur Nusantara, karena potensi arsitektur Nusantara itu sangat besar.
"Tapi, cara pembelajarannya juga harus berbeda, karena ada kampus yang mengajarkan arsitektur Nusantara, tapi hanya teoritis. Arsitektur Nusantara itu harus banyak ke lapangan untuk membuka wawasan tentang material alam dan gambar arsitekturnya juga lebih pelik," katanya.
Selain itu, cara yang dilakukan mahasiswa Petra juga patut dikembangkan yakni bahan lokal dan tradisional digunakan untuk rancangan bangunan bergaya modern. Atau, material tradisional dengan konsep "kekinian".
"Saatnya kita menjadikan arsitektur tradisional Nusantara sebagai hero. Arsitektur Nusantara itu berkonsep dua musim yakni hanya tempat tidur yang ada di dalam, sedangkan ruang lainnya bersifat outdoor," katanya.
Senada dengan itu, ahli eksperimen desain arsitektur futuristic Ir Budi Pradono IAI mengatakan dirinya banyak menerima pesanan desain rumah dengan bahan bambu dari warga Prancis, Australia, dan sebagainya.
"Jadi, user saya banyak yang asing, karena bambu memang merupakan material yang seksi, apalagi jumlahnya di Indonesia cukup banyak dan jenisnya juga paling lengkap di Indonesia," katanya.
Di Tiongkok, bambu sudah menjadi industri yang mencapai ratusan hektare, sehingga rumah di sana hingga perabotnya pun dari bambu. "Itu masih ada banyak yang diekspor dalam bentuk jadi," katanya.
Ia menambahkan bambu itu bisa bertahan lama bila caranya benar yakni dipotong malam hari saat tidak ada proses fotosintesis, direndam dalam air, terutama air laut. "Kalau caranya benar, bambu bisa bertahan satu generasi atau sekitar 20 tahun," katanya.
Lomba desain arsitektur bertema "Visionary Bamboo Architecture" itu diikuti 127 tim dari sejumlah universitas pada 10 provinsi dengan rancangan antara lain Lingkar Suwengan, Buccu Center, Sekenam Sasak, Lotus Devata, Bambu Walio, Selasar Prau, dan sebagainya.