Jumat 20 Mar 2015 10:02 WIB

Memecah Parpol Itu Kejahatan Politik

Rep: c15/ Red: Esthi Maharani
Bendera Parpol Peserta Pemilu 2014
Foto: Adhi Wicaksono/ Republika
Bendera Parpol Peserta Pemilu 2014

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik, Adhie M Massardi menilai sikap pemerintah yang ikut serta memecah belah partai politik menyebabkan keutuhan bangsa menjadi goyah.

Bahkan ia menilai jika berdasarkan konsep bernegara, perspektif politik kebangsaan, memecah-belah parpol merupakan kejahatan politik yang harus dilawan.

"Karena akan berdampak sistemik dan berkepanjangan dalam pelemahan kedaulatan NKRI," katanya, Jumat (20/3).

Ia mengatakan setelah era otonomi daerah, pemerintah pusat tidak bisa lagi mengontrol pemerintah daerah secara seksama. Maka secara sosial-politik, hanya parpol satu-satunya benang merah pengikat politik kebangsaan NKRI.

“Joko Widodo sebagai Kepala Negara seharusnya paham fungsi parpol sekarang ini merupakan pengikat utama NKRI. Sehingga tidak membiarkan, apalagi mendorong,  Menkum & HAM Yasonna Laoly masuk jauh ke dalam konflik PPP dan Partai Golkar, sehingga membuat perpecahan pandangan politik berubah jadi perpecahan kubu politik yang nyata,” katanya, Jumat (20/3).

Adhie percaya, sesungguhnya setiap parpol memiliki mekanisme sendiri untuk menyelesaikan persoalan internalnya. Tapi begitu ada intervensi dari luar, persoalan internal berubah menjadi masalah kompleks berdampak politik secara nasional.

Jubir presiden era Gus Dur ini mencontohkan intervensi yang dilakukan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konflik internal PKB pada 2008 antara kubu Gus Dur dan Muhaimin Iskandar, sukses membelah dan mengerdilkan partai kaum Nahdliyin itu.

Akibatnya, sampai detik ini kaum Nahdliyin tetap terbelah. Padahal Nahdliyin merupakan salah satu kekuatan islam moderat penopang NKRI secara spiritual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement