REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengungkapkan sudah delapan tahun mengetuai Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga sehingga lembaga itu memiliki data yang detail terkait masalah keluarga dan perempuan.
"Saya menjadi Ketua Tim Penggerak PKK selama delapan tahun, jadi bisa bergerak cepat dalam sosialisasi kegiatan ini," kata Iriana dalam pembahasan Program Gerakan Nasional Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia di Istana Negara Jakarta, Rabu (18/3).
Program itu akan berlangsung selama lima tahun di seluruh provinsi dan kabupaten-kota yang direncanakan pencanangannya pada peringatan Hari Kartini 21 April 2015 di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan daerah dengan privalensi tertinggi penyakit kanker.
Program tersebut dirancang oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE). OASE merupakan perkumpulan para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain yang bersifat nonprofit dan berbadan hukum yang bergerak di bidang pendidikan karakter, peningkatan kualitas keluarga dan sosial budaya.
"Saya menghargai inisiatif semua ibu-ibu, jadi tidak saya sendiri, namun semua ibu-ibu yang ada di organisasi ini," kata Iriana.
Ia menyebutkan sekarang ini banyak sekali ibu-ibu yang tidak mengetahui kesehatan organ wanita pada hari ini saya harap ada sosialisasi program nasional tersebut. Ia berharap ada kerja sama erat antara Kemenkes, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Tim Penggerak PKK.
Ia menyebutkan dirinya sudah delapan tahun bergerak di PKK sehingga meyakini data dari PKK benar-benar konkret, tidak hanya asal tulis. "Saya menjadi Ketua Tim Penggerak PKK selama delapan tahun, jadi tahu, data-data itu riil sampai sedeti-detilnya, saya berharap agar PKK bergerak cepat dalam kegiatan sosialisasi ini," katanya.
Kanker merupakan penyakit yang menimbulkan rasa sakit paling tinggi di mana dari total jenis kanker maka 47 persen dijumpai pada kanker serviks dan payudara. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang termasuk paling menderita karena masuk dalam kelompok negara berkembang yang memiliki privalensi 60-70 persen dari total penderita kanker dunia yang tumbuh hingga kecepatan 200-300 persen pada dekade mendatang.