REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Menjamurnya pertumbuhan pabrik garmen di Kabupaten Boyolali, Jateng, sebagai imbas dari program pro-investasi, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja. Di sini, masih kekurangan 12 juta tenaga kerja dibidang garment.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnostenaga kerjatran) Kabupaten Boyolali, Purwanto, Sabtu (14/3), mengungkapkan, kebutuhan tenaga kerja terutama pada industri garment di sini sangat tinggi. Sebetulnya, jumlah tenaga kerja tersedia, namun untuk minat lowongan pekerjaan di pabrik garment ternyata masih kurang. ''Khusus pabrik garment masih kurang sekitar 12 juta tenaga kerja,'' kata Purwanto.
Selain kurang minat, kendala lain kekurangan tenaga kerja dikarenakan banyak pabrik yang lebih membutuhkan tenaga kerja perempuan. Khususnya, untuk tenaga operator mesin. Jika yang dibutuhkan tenaga pria, menurut dia, masih cukup banyak tersedia. Yang dicari lebih banyak tenaga kerja wanita. Sedang tenaga kerja laki-laki jarang.
Terkait ini, pihaknya terus menggencarkan sosialisasi ke masyarakat. Sosialisasi dilakukan di antaranya melalui kecamatan untuk memberikan informasi lowongan pekerjaan bagi masyarakat. Di sisi lain, faktor pendidikan sebenarnya tidak terlalu diutamakan. Sehingga semestinya banyaknya lowongan pekerjaan ini bisa dimanfaatkan warga guna menekan angka pengangguran.
Keterbatasan tenaga kerja di Kabupaten Boyolali belum perlu mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain. Pihaknya saat ini masih terus mengutamakan warga Boyolali. Namun, jika warga luar banyak yang bekerja di Boyolali hal itu dilakukan secara personal.