REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sepanjang Januari hingga Maret, Dinas Kesehatan Kota Mataram melansir jumlah kasus Demam Berdarah (DBD) di Kota Mataram terus meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Sehingga, Dinkes menetapkan status waspada Demam Berdarah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, Usman Hadi mengatakan jumlah kasus DBD sejak Januari hingga Maret mencapai 163 kasus. Dimana, 45 orang positif terkena demam berdarah. Sementara, korban lainnya diduga terkena demam berdarah.
"Kasusnya tinggi, jumlahnya 163 kasus. Dimana, 45 orang yang positif demam berdarah. Sementara yang lain diduga panas yang menyerupai demam berdarah," ujarnya kepada wartawan di pendopo Walikota Mataram, Sabtu (14/3).
Menurutnya, dari total 163 kasus tersebut, hingga saat ini diperkirakan hanya 10 orang yang masih dirawat di rumah sakit. Selebihnya, sudah pulih dan sehat. "Sekarang mungkin tinggal 10 orang yang diopname dengan asumsi 10 hari masa inkubasi," katanya.
Ia menuturkan, masyarakat yang paling banyak terkena demam berdarah berada di lingkungan Monjok. Selain itu, puskesmas yang paling banyak menerima pasien adalah puskesmas Tanjung Karang. Usman mengatakan meskipun jumlah kasus DBD meningkat dua kali lipat dari tahun kemarin, pihaknya belum menetapkan status KLB di Kota Mataram. Pasalnya, penyakit demam berdarah masih bisa teratasi dan tidak terjadi chaos. Selain itu, tidak ada masyarakat yang meninggal akibat DBD.
"Status KLB ada jika keadaan masyarakat chaos dan takut tertular, kedua peningkatan terjadi signifikan. Sebutan KLB ditentukan oleh kepala daerah atas pertimbangan dinas kesehatan. Sekarang masih aman," katanya.
Ia menuturkan, pihaknya terus melakukan upaya pencegahan dengan melakukan penyemprotan serta tindakan lainnya. Termasuk menetapkan status waspada DBD di Kota Mataram. Menurutnya, pihaknya menghimbau agar masyarakat sadar untuk melakukan pencegahan demam berdarah. Pasalnya, kemampuan dinkes untuk melakukan pencegahan masih terbatas.
"Tanpa adanya keterlibatan masyarakat, gak akan mampu. Kita hanya punya 12 tim. Dimana tidak akan mampu mengatasi semua daerah," katanya.