REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) memperkirakan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) Indonesia di tahun 2014 tetap, yaitu 2,6 anak per wanita.
“Kecenderungannya tidak akan turun bahkan mungkin TFR bisa naik menjadi 2,9 anak per wanita tahun 2014 karena tingkat penggunakan alat kontrasepsi tidak meningkat,” kata Direktur Eksekutif PKBI Inang Winarso, Rabu (11/3).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), TFR di Tanah Air sebanyak 2,6 anak per wanita. TFR ini disebutnya tidak berubah dalam 12 tahun terakhir.
Padahal, kata dia, kalau ingin menurunkan angka kelahiran maka harus meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi. Artinya, partisipasi masyarakat untuk menggunakan kontrasepsi harus digalakkan kalau ingin angka kelahiran ditekan.
Namun, faktanya, penggunaan alat kontrasepsi yang berjangka panjang masih stagnan. Menurutnya, kebanyakan rakyat Indonesia masih memilih kontrasepsi untuk jangka pendek untuk mengatur kelahiran anak seperti pil dan suntik.
Padahal, kata dia, kontrasepsi jangka pendek membuat risiko pertambahan kelahiran anak lebih besar. Pihaknya berharap, pemerintah terus mempromosikan keluarga berencana maupun pengaturan jumlah anak. Tak hanya sosialisasi, pihaknya mengkritik pemerintah seringkali tidak memikirkan metodenya.
Menurutnya, laki-laki efektif mengatur jumlah kelahiran karena paling mudah dimobilisasi menggunakan kontrasepsi jenis kondom dan vasektomi.
“Begitu memutuskan vasektomi berarti pria ini sudah tidak berniat punya anak. Kalau langkah itu bisa dilakukan maka TFR bisa dibawah dua anak per wanita,” ujarnya.